Persib di Tangan Pelatih Asing, Ada Tradisi di Zona Degradasi

By Sabtu, 13 Februari 2016 | 18:24 WIB
Kehadiran Marek Sledzlanowski sebagai pelatih menjadi bumerang bagi pemain senior pada kala itu (ERLI BAHTIAR/BOLA)

Masa-masa awal Marek di Persib juga tak terlalu mulus. Ia bahkan absen mendampingi tim dan malah duduk di tribun penonton saat Persib hanya bermain imbang 0-0 dengan PSPS di laga perdana musim 2003.

Hal itu merupakan buah dari kekecewaan Marek terhadap lambatnya manajemen Persib dalam mengurus Surat Izin Kerja (ITC) Muharski, sehingga sang kiper belum bisa ditampilkan di laga perdana tersebut.

Menjelang akhir putaran pertama, Persib sempat berkutat di zona degradasi. Hubungan Marek dengan pemain lokal pun semakin memanas. Dadang Hidayat dkk. bahkan sempat membuat mosi tak percaya kepada sang pelatih.

Tepat setelah Persib melalui enam laga awal LI 2003 tanpa meraih satu pun kemenangan (2 imbang, 4 kalah), Marek akhirnya diminta lengser.

2. JUAN ANTONIO PAEZ, Tak Sepenuhnya Selamatkan Persib dari Zona Degradasi


Di masa kepelatihan Juan Antonio Paez, Persib sempat membaik, namun dipenghujung kompetisi nyaris terdegradasi (DOK.BOLA)

Paez masuk menggantikan Marek Sledzlanowski di putaran kedua LI 2003. Kala itu, posisi Persib tengah berada di zona degradasi.

Pada awal masa tugasnya, Paez mengganti seluruh legiun asing bawaan Marek dengan pemain pemain asal negerinya, Cile, yakni Alejandro Tobar, Rodrigo Alejandro, dan Claudio Lizama.

Performa Persib di putaran kedua memang sempat membaik. Namun, di pengujung kompetisi Persib justru terjebak di bibir jurang degradasi.

Kalaupun akhirnya Persib tak jadi turun kasta, hal itu lebih disebabkan faktor nonteknis. Pada pertengahan musim 2003, PSSI mengubah komposisi degradasi dari enam tim menjadi hanya empat tim.