Indonesia Butuh Pemikir Sepak Bola

By Selasa, 22 November 2016 | 17:31 WIB
Perayaan gol Lerby Eliandry saat Indonesia melawan Thailand pada partai Grup A Piala AFF 2016 di Philippine Sports Stadium, Sabtu (19/11/2016). (KUKUH WAHYUDI/BOLA/JUARA)

Tema yang terlontar dari sosok senior di Jakarta juga terucap di Medan. Sepertinya ini salah satu yang harus diprioritaskan pengurus baru PSSI.

Penulis: Riemantono Harsojo

Sebelum tampil sebagai pembicara dalam acara bulanan Forum Diskusi BOLA (FDB) pada Oktober lalu di Palmerah Barat Jakarta, mantan pelatih tim nasional Danurwindo menyatakan bahwa sepak bola kita harus segera menentukan seperti apa gaya main Indonesia.

Sekitar satu bulan kemudian, dalam obrolan BOLA dengan para pelaku sepak bola tingkat akar rumput di Medan, Kamis (17/11/2016) di Kafe Nongkrong di Jalan Sammanhudi Medan, apa yang dikatakan oleh Danurwindo juga diucapkan Amrustian, mantan pemain dan pelatih PSMS.

“Sampai sekarang belum ada gaya bermain Indonesia. Kami semua ini adalah pelatih sepak bola, sementara pemikir sepak bolanya tidak ada," kata pemain PSMS saat juara perserikatan 1985 itu.

"Macam di Korea Selatan, sudah ada gaya main Korea. Ada gaya main Jepang. Gaya main kita ini apa?” Tuturnya.

Pemikir sepak bola yang akan menentukan gaya main Indonesia seperti apa. Seberapa penting memiliki pedoman gaya main Indonesia untuk sepak bola di negeri ini? Kata dua tokoh di atas sangatlah penting.

Jika gaya bermain Indonesia sudah ditetapkan, hal itu akan menjadi ketentuan yang memberi arah bagaimana pelaksanaan pembinaan sepak bola dilakukan di Indonesia, mulai dari level usia 5-20 tahun hingga senior. Semua mesti dilaksanakan secara seragam.

“Kurikulum sepak bola harus dari PSSI. Harus ada kurikulum Indonesia untuk kelompok usia 12 tahun, 14 tahun dan seterusnya. Jadi, kami melaksanakan kurikulum yang sama secara nasional," ucap Amrustian.

Baca Juga:

"Seperti kurikulum di SD, SMP sama kan. Ujian nasionalnya sama. Selama ini, setiap SSB memiliki kurikulum berbeda. Karena itu, kami meminta PSSI untuk menyeragamkannya,” ujarnya.

Sebenarnya, kurang tepat juga mengatakan PSSI tidak pernah membuat kurikulum untuk SSB-SSB di Tanah Air.

Tahun 2012, Direktur Pembinaan Usia Muda PSSI, Timo Scheunemann, mempresentasikan kurikulum untuk pembinaan di Indonesia.

"Dulu, Timo Scheunemann sudah membuatnya. Jika ada yang ingin membacanya, saya punya. Nanti saya berikan," kata mantan pemain Perkesa 78 dan Mercu Buana, Siswanto, menjawab pernyataan Amrustian.

Kurikulum sudah dibuat, tetapi pelaksanaannya tak berjalan sempurna. Terlebih lagi setelah muncul dualisme di sepak bola Indonesia dan kepengurusan di PSSI berganti.

Sekarang, saat PSSI memiliki pemimpin baru, yaitu Edy Rahmayadi, muncul harapan dari Medan agar ada penyeragaman dalam pembinaan sepak bola di Indonesia.

”Kami meminta kepada petinggi-petinggi sepak bola yang ada di Jakarta untuk bikin rapat. Tentukanlah, Indonesia akan bermain dengan gaya sepak bola yang seperti apa,” kata Amrustian.

Pemikir sepak bola disebut bukan orang sembarangan. Dia yang menentukan arah sepak bola Indonesia.

Pertanyaannya, siapa saat ini pemikir sepak bola di Indonesia? Ingat pemikir, bukan pelatih sepak bola. Pemikir sepak bola itu seperti direktur teknik.

Di tempat terpisah, Rudy Eka Priyambada, pemegang lisensi A AFC yang juga pelatih Celebes FC, berkata bahwa tidak semua pelatih bisa menjadi direktur teknik. Dirtek adalah seorang konseptor yang memiliki kemampuan manajerial.

Kata Amrustian, tugas pemikir sepak bola bukan hanya menentukan gaya main. Dia harus membuat kurikulum yang berujung lahirnya para pemain, pelatih, wasit, dan kompetisi berkualitas serta hebat dalam mencium talenta.

Dia juga harus dapat menciptakan pemikir-pemikir sepak bola baru. Pada 2013-2015 PSSI menunjuk Pieter Huistra sebagai Dirtek.

Namun, mantan pemain tim nasional Belanda itu tidak bisa merealisasikan program-programnya setelah PSSI tidak beroperasi menyusul pembekuan oleh pemerintah. Kontraknya pun diputus.

Mungkin PSSI perlu mendatangkannya lagi agar tidak mulai dari nol lagi. Namun, sebagus apa pun pemikir sepak bola atau Dirtek yang dimiliki PSSI, semua akan pencuma jika eksekusinya tidak berjalan baik.

[video]https://video.kompas.com/e/5220198134001_v1_pjuara[/video]