Masa kelam sepak bola nasional mulai sirna saat SK pembekuan PSSI sudah tak berlaku sejak Selasa, 10 Mei. FIFA pun mencabut sanksi terhadap Indonesia pada Jumat, 13 Mei. Namun, pekerjaan rumah untuk membangkitkan kembali sepak bola Indonesia telah menumpuk.
Penulis: Kukuh Wahyudi
Kisruh yang terjadi selama ini dilandaskan dengan kampanye perbaikan tata kelola nyatanya belum membuahkan warisan.
Baca Juga:
- Putri Sriwijaya Pikat Hati Penikmat Musi Triboatton 2016
- Tuan Rumah 'Tenggelam' di Sungai Musi
- Rayakan Kebahagiaan dengan Tari Kipas Beladas
Sampai pekan ini, belum ada pelaku match fixing yang tertangkap dan contoh kompetisi ideal yang diinginkan Kemenpora pun tak kunjung bergulir.
Faktanya, sepak bola Tanah Air sudah telanjur babak belur akibat kekisruhan.
Setelah berdiskusi dengan berbagai pelaku sepak bola Tanah Air, BOLA mencoba memberikan tahapan-tahapan agar sepak bola Indonesia kembali ke jalur yang semestinya.
1. PSSI dan Pemerintah Harus Bersinergi
Dalam rangka membangun sepak bola nasional ke arah yang lebih baik, harus ada sinergi antara federasi sepak bola Indonesia (PSSI) dengan pemerintah.
Seharusnya membangun sepak bola tidak hanya di tangan PSSI saja, tetapi pemerintah juga wajib terlibat. Namun, keterlibatan itu harus sesuai porsinya masing-masing agar tak terjadi konflik lagi.
2. Mulai Fokus Menggulirkan Kompetisi Usia Muda
Masalah klasik di Indonesia adalah kurangnya fokus dalam membina usia muda.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa salah satu solusi dalam memajukan sepak bola Indonesia adalah membuat program jangka panjang yang serius.
“Caranya bukan hanya menggelar pelatnas jangka panjang saja, tapi harus mengaktifkan lagi program PPLP dengan ditunjang turnamen-turnamen usia muda di berbagai daerah,” ucap Fachri Husaini, mantan pelatih timnas U-16 dan U-19.
3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (Wasit dan Pelatih)
Satu tahun sepak bola Indonesia dilanda konflik membuat program peningkatan Sumber Daya Manusia tersendat, seperti kursus pelatih dan penyegaran wasit.
“Saat ini sudah ada peraturan permainan terbaru. Mulai 1 Juni sudah harus diterapkan di seluruh anggota FIFA. Dengan konflik yang sedang terjadi, tidak ada sosialisasi dari AFC ke federasi, khususnya wasit yang memimpin,” tutur Jimmy Napitupulu, mantan anggota Komite Wasit.
“Jadi, sudah seharusnya setelah pembekuan dicabut para wasit harus melakukan penyegaran dengan peraturan terbaru. Kursus pelatih pun harus dijalankan lagi,” tutur Jimmy lagi.
4. Tegas dalam Menjalankan Kompetisi
Saat pembekuan sudah dicabut, PSSI harus bisa dipercaya oleh semua pihak bahwa kompetisinya dapat berjalan sesuai aturan yang berlaku.
“TSC (Torabika Soccer Championship) sudah berjalan dan dapat menjadi cikal-bakal kompetisi yang ideal. Operator nantinya harus tegas dalam menjalankan aturan yang berlaku,” ujar Widodo Cahyono Putro, Pelatih Sriwijaya FC dan mantan pemain timnas.
*Artikel ini muncul di Tabloid BOLA edisi 2.666 dan beberapa bagian disesuaikan setelah FIFA mencabut sanksi untuk Indonesia.
Editor | : | Firzie A. Idris |
Sumber | : | Tabloid BOLA No. 2.666 |
Komentar