Sorot Paul Pogba, Teka-teki Tuan Serbabisa

By Kamis, 10 November 2016 | 11:31 WIB
Gelandang Manchester United, Paul Pogba, memberikan tanda tangan kepada penggemar menjelang laga melawan Swansea City di ajang Premier League 2016-2017 di Stadion Liberty, Swansea, pada 6 November 2016.
MICHAEL STEELE/GETTY IMAGES
Gelandang Manchester United, Paul Pogba, memberikan tanda tangan kepada penggemar menjelang laga melawan Swansea City di ajang Premier League 2016-2017 di Stadion Liberty, Swansea, pada 6 November 2016.

Pemain yang juga dijuluki Il Polpo Paul (Paul Si Gurita) karena berkaki panjang itu mengingatkan kepada karakteristik gelandang tengah klasik di era 1980 dan 1990-an semodel Bryan Robson, Roy Keane, dan Lothar Matthaeus.

Robson, Keane, dan Matthaeus mirip seperti Pogba. Mereka bisa menjadi tameng bagi kuartet pertahanan dan muncul sebagai pencetak gol andal.

Namun, patut dicatat bahwa di era Robson, Keane, dan Matthaeus, taktik terbagi dalam tiga bagian jelas, yakni lini belakang, tengah, dan depan.

Strategi yang jamak dipakai waktu itu adalah 4-4-2 atau 4-3-3. Berbeda dari era modern sekarang, di mana pelatih punya tendensi untuk memecah lini tengah menjadi dua bagian dalam format 4-2-3-1.

Bahkan, 4-3-3 versi masa kini pada praktiknya berubah menjadi 4-1-2-3. Ahli strategi di era modern memberikan garis batas sangat jelas antara gelandang bertahan dan gelandang serang.


Ekspresi gelandang Prancis, Paul Pogba, dalam laga Kualifikasi Piala Dunia 2018 kontra Belanda di Amsterdam Arena, 10 Oktober 2016.(EMMANUEL DUNAND/AFP)

Alhasil, pemain serbabisa semodel Pogba mengalami kesulitan mempertontonkan kemampuan terbaiknya dalam format 4-2-3-1 andalan Mourinho.

Pogba tak memiliki kedisiplinan taktik plus pengetahuan posisi yang mumpuni buat bermain sebagai jangkar. Menempatkan eks pemain Le Havre itu sebagai pivot juga mengebiri atribut terbaiknya, yakni tembakan dan langkah cepat.

Namun, Pogba juga tak punya sentuhan magis plus visi cemerlang ala fantasista ketika mentas di "posisi nomor 10". Performa Il Polpo Paul bersama United belum benarbenar memesona karena dia masih terlalu bernafsu untuk melibatkan diri dalam setiap situasi.

Pogba berada di mana-mana dan sering tak taat posisi. Barangkali posisi paling pas buat Pogba adalah sebagai gelandang luar dalam format tiga pemain tengah.

Posisi itu yang membawanya berjaya bersama Juventus. Menempati pos mezz'ala (gelandang tengah luar), Pogba bisa leluasa mengejawantahkan julukannya sebagai Mister Tuttofare.

"Saya bilang kepada Pogba bahwa sesekali dia perlu bermain dengan sederhana. Dia gelandang, bukan pemain nomor 10," ujar pelatih timnas Prancis, Didier Deschamps.


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.714


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X