Militansi Saat Krisis

By Suci Rahayu - Jumat, 9 Desember 2016 | 21:42 WIB
Aksi suporter Persela Lamongan saat mendukung tim kesayangan mereka melawan Madura United dalam laga Torabika Soccer Championship 2016 yang berakhir dengan skor 2-1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Jawa Timur (4/11/2016).
SUCI RAHAYU/JUARA.NET
Aksi suporter Persela Lamongan saat mendukung tim kesayangan mereka melawan Madura United dalam laga Torabika Soccer Championship 2016 yang berakhir dengan skor 2-1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Jawa Timur (4/11/2016).

Gemuruh padatnya penonton di stadion saat perhelatan TSC 2016 tidak hanya didominasi di kota-kota besar. Justru rekor jumlah penonton berasal dari salah satu kota kecil di Jawa Timur, Lamongan.

Setiap pertandingan kandang Persela Lamongan, stadion selalu terisi penuh. Setidaknya, nilai rata-rata hingga pekan ke-29 memunculkan angka 54,10 persen dari kapasitas Stadion Surajaya, Lamongan.

Mereka mengalahkan jumlah penonton yang hadir saat laga kandang Arema Cronus, yang selama ini dikenal sebagai daerah yang memiliki fanatisme tinggi terhadap tim kesayangannya.

Apa yang dilakukan manajemen Persela untuk mendorong kehadiran LA Mania maupun Curva Boys hadir di stadion, apalagi saat tim dengan julukan Laskar Joko Tingkir ini krisis prestasi?

Manajer Persela, Yunan Ahmadi, mengungkapkan bahwa hal itu sebenarnya didasari oleh rasa cinta dari masyarakat Lamongan kepada Persela. Hal tersebut coba didorong dengan menggunakan ide-ide kreatif lewat media yang dikelola oleh manajemen Persela.

"Pada dasarnya orang lamongan itu sangat cinta Persela. Cuman pada tahun ini memang klasemen cukup terpuruk. Tetapi, kami mempunyai tim kreatif dari sisi media yang sedang kami kembangkan. Pada kasus ini sepertinya media yang kami punya itu menjadi juru kunci dari tingginya animo suporter yang masuk, di samping ada feedback dari suporter yang sangat baik juga. Artinya suporter mulai membaik,” tuturnya.


Aksi suporter Persela Lamongan saat mendukung tim kesayangan mereka melawan Madura United dalam laga Torabika Soccer Championship 2016 yang berakhir dengan skor 2-1 di Stadion Surajaya, Lamongan, Jawa Timur (4/11/2016).(SUCI RAHAYU/JUARA.NET)

Persela saat ini memang tengah mengalami krisis prestasi. Setelah beberapa pekan lalu berkutat di dasar klasemen, kini mereka mulai bisa merangkak naik.

Namun, hingga pekan ke-32 mereka hanya mampu berada di posisi ke-13 dengan meraih 32 poin. Pada akhir TSC, posisi itu bisa jadi adalah urutan terbaik yang akan dicapai Persela, mengingat tim di atas mereka, Bali United saat ini meraih 39 poin sedangkan di bawah mereka terancam dengan keberadaan Persija Jakarta yang meraih 31 poin.

Saat disentil bahwa fanatisme warga Lamongan terhadap tim kebanggaannya sudah mampu mengalahkan basis-basis suporter fanatik yang ada di Jawa Timur, Yunan mengatakan bahwa mereka membangun kebanggaan dengan cara bersama-sama. Bagaimanapun, Persela saat ini sudah mampu muncul sebagai ikon masyarakat Lamongan.

“Ini memang bisa dibilang sebagai kebanggaan, di Lamongan saat ini sedang sangat bergairah dengan Persela,” ungkap Yunan.

Dari sisi manajemen Persela, mereka juga mencoba untuk mendarahdagingkan Persela di masyarakat. Artinya, Persela menjadi bagian dari sehari-hari masyarakat Lamongan.

“Yang sedang kami gaungkan adalah hope, spirit, and pride itu sudah mendarah daging ke semua lapisan masyarakat dan memang saat ini Persela tidak hanya dinikmati oleh kaum laki-laki saja, akan tetapi kaum perempuan animonya juga sangat tinggi,” tegas Yunan.


Editor : Aloysius Gonsaga
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

TERPOPULER

Close Ads X