Paulo Dybala, Permata Tanah Subur Laguna Larga

By Kamis, 20 April 2017 | 01:30 WIB
Penyerang Juventus, Paulo Dybala, merayakan gol seusai membobol gawang Barcelona pada pertandingan pertama perempat final Liga Champions di Juventus Stadium, Turin, 11 April 2017.
GIUSEPPE CACACE / AFP
Penyerang Juventus, Paulo Dybala, merayakan gol seusai membobol gawang Barcelona pada pertandingan pertama perempat final Liga Champions di Juventus Stadium, Turin, 11 April 2017.

Laguna Larga, sebuah kota di provinsi Cordoba, Argentina, adalah lahan pertanian. Bukan hanya kedelai dan jagung yang bisa berkembang baik di sana, melainkan juga permata. 

Penulis: Sem Bagaskara

Permata yang dimaksud adalah penyerang Juventus yang baru diberikan perpanjangan kontrak sampai 2022, Paulo Dybala.

Pesepak bola berusia 23 tahun itu tumbuh besar di Laguna Larga dan menyandang julukan: La Joya (Sang Permata).

Permata yang indah dibentuk oleh alam dan ditempa lautan. Dybala pun demikian. Pengorbanan besar sudah dilakukannya sejak masih bocah.

Pada usia 10 tahun, Dybala direkrut oleh Instituto Cordoba. Guna mengikuti sesi latihan, ia harus menempuh perjalanan darat melelahkan bersama sang ayah, Adolfo.

Rumah Dybala di Laguna Larga berjarak sekitar 55 kilometer dari tempat latihan Instituto yang berada di pusat Kota Cordoba.

 

Bakat Dybala pertama kali diamati oleh Santos Turza, pemandu bakat Instituto. Ia melihat Dybala bermain untuk klub kampung halamannya, Newell's Laguna Larga.

"Hanya satu hal yang perlu ia ubah. Ia datang ke latihan pertama Instituto dengan seragam Boca Juniors! Saya bilang: 'Nene kamu tak boleh datang kemari dengan kostum klub lain," kata Turza di Dia Dia.

Kendati dibekali talenta alami, Dybala nyaris putus asa mengejar mimpinya menjadi pesepak bola.

"Dybala berkata: ‘Saya sudah cukup bermain sepak bola.' Ia lantas mendaftar ke tim basket dan kemudian dikeluarkan setelah tak mampu menghilangkan refleksnya untuk mengontrol bola dengan kaki, bukan tangan,” ujar ibunda Dybala, Alicia, sembari tertawa.

Baca Juga:

Momen kedua yang membuat Dybala sempat berhenti menendang bola adalah kematian sang ayah, akibat sakit kanker.

Saat itu, La Joya masih berusia 15 tahun. Ia sangat terpukul dan berhenti bermain sepak bola selama enam bulan.

Hanya, Dybala kemudian sadar bahwa cara terbaik untuk membalas cinta sang ayah adalah dengan tetap menjadi pesepak bola.

Dybala lantas mengambil keputusan krusial dalam hidupnya dengan tak lagi tinggal bareng keluarga dan masuk ke asrama tim muda Instituto. Tak heran jika ia juga dijuluki El Pibe de la Pension (Si Anak Asrama).

Lewati Legenda

Area tumbuh kembang Dybala barangkali tak sekeras kampung halaman Carlos Tevez, Fuerte Apache, yang merupakan sarang tindak kriminalitas.

Namun, ujian kehidupan berhasil menempa mentalitas Dybala.

“Jika bukan karena dia (ayah), saya tak akan berada di sini. Saya berutang segalanya kepadanya dan saya tahu di suatu tempat dia masih melihat saya,” kata Dybala sebelum melakoni partai debutnya bareng Instituto pada 2011.


Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X