Revolusi China di Milan, Spalletti Alamat Tak Bertahan Lama di Inter

By Jumat, 23 Juni 2017 | 14:59 WIB
Pelatih AS Roma, Luciano Spalletti, mendampingi anak-anak asuhnya dalam laga Serie A kontra Sampdoria di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Italia, 29 Januari 2017.
MARCO BERTORELLO/AFP
Pelatih AS Roma, Luciano Spalletti, mendampingi anak-anak asuhnya dalam laga Serie A kontra Sampdoria di Stadion Luigi Ferraris, Genoa, Italia, 29 Januari 2017.

Saat Milan sudah menggeliat dengan pembelian sejumlah pemain yang diperkirakan sekitar 100 juta euro, gerak revolusi Internazionale cenderung lambat. Padahal, Suning Holdings Group, pemilik saham mayoritas di Inter, disebut lebih tajir daripada pemilik Rossoneri.

Penulis: Christian Gunawan

Inter bahkan masih jauh dari kata menggeliat. Sampai menjelang akhir pekan, I Nerazzurri belum membuat penguatan untuk tim utama mereka.

Namun, kelesuan di bursa transfer pemain cukup tertutup perekrutan satu sosok yang mungkin lebih penting: pelatih. Tak lama setelah 2016-2017 berakhir, Inter memastikan kedatangan Luciano Spalletti ke Giuseppe Meazza.

Spalletti membawa Roma meraih tiket ke Liga Champions dalam satu setengah tahun keberadaannya di klub ibu kota itu.

Layaknya klub mapan yang selalu ingin tampil di Liga Champions, Inter menggamit pelatih yang mampu mengirim mereka ke kompetisi antarklub Eropa terbesar itu.

Keseriusan Nerazzurri membenahi manajemen tim sudah terbaca ketika mencoba membuat langkah besar setelah akhirnya memecat Stefano Pioli.

Sebelum Spalletti, Inter telah mendekati Antonio Conte, manajer yang membawa kesuksesan untuk Juventus dan kemudian memberikan gelar buat Chelsea di tahun pertamanya melatih di Premier League.

Inter bersedia memberikan gaji besar, lebih besar daripada yang diberikan Chelsea agar bisa menempatkan Conte di kursi pelatih mereka.

Namun, Conte tak bisa pindah. Perburuan beralih ke Spalletti. Sosok berkepala botak ini kebetulan tak berniat mengikat diri lebih lama di Roma.

Eks pelatih Udinese itu berikrar takkan memperpanjang kontrak kalau tak bisa memberikan trofi untuk Giallorossi.

Bila patokannya adalah rekam jejak, Spalletti tentu dapat dikatakan sebagai pelatih bagus sehingga menjadi pilihan logis buat Inter.

Kedatangan keduanya ke Olimpico pada Januari 2016 menghasilkan hasil yang lebih mengesankan daripada kehadiran pertama, yang berlangsung selama empat musim lebih sedikit.


Luciano Spalletti saat masih menangani Zenith St Petersburg menghadapi Spartak Moscow dalam lanjutan Liga Rusia 2013 di Lokomotiv Stadium, Moscow, Rusia, pada 10 November 2013.(EPSILON/GETTY IMAGES)

Tanda nyatanya adalah kenaikan persentase kemenangan I Lupi sampai lebih dari 12 persen. Hanya, Spalletti bisa memberikan dua Coppa Italia (2007 dan 2008), tapi gagal memberikan trofi pada kehadiran keduanya.

Di antara kedua keberadaannya di Olimpico, Spalletti juga mencatat prestasi di Zenit St Petersburg.

Selama hampir empat tahun di klub Rusia itu, pelatih berusia 58 tahun ini memberikan dua gelar Liga Premier Rusia dan sebuah Piala Rusia buat Zenit.

Pelatih dengan pilihan permainan menyerang kerap tersandung di Inter. Apalagi, laiknya kubu Italia, pertahanan merasuk ke dalam tubuh klub.

Namun, Spalletti mendapat tugas tak ringan di Inter. Ia mesti segera memberikan hasil bagus buat Si Hitam-Biru. Untuk dapat melakukannya, Spalletti mesti bisa mengangkat permainan tim, yang hanya finis di peringkat ketujuh musim lalu itu.

Masalah terbesar yang menanti Spalletti adalah mencocokkan keinginannya dengan kemampuan Inter. Alasannya bisa diperdebatkan.

Baca Juga:

Seperti kebanyakan klub, La Beneamata memiliki kecenderungan permainan tertentu. Karena tendensi itu, tak semua pelatih bisa secara mudah menangani Inter.

Pelatih dengan pilihan permainan menyerang kerap tersandung di Inter. Apalagi, laiknya kubu Italia, pertahanan merasuk ke dalam tubuh klub.

Frank de Boer gagal menjadikan Nerazzurri menyerang seperti Ajax yang menguasai Eredivisie di bawah penanganannya.

Separuh dari 14 laga Inter bersama eks bek-gelandang Belanda itu berakhir dengan kekalahan. Inter hanya menang lima kali bersama De Boer.

Arsitek dengan pendekatan pragmatis kerap merasakan kesuksesan. Dua pelatih terakhir pemberi gelar Serie A, Roberto Mancini dan Jose Mourinho, adalah contohnya.

Saat dilatih kedua sosok itu, Inter tak mengedepankan permainan cantik, tapi efektif dan efisien.

Boleh jadi pragmatisme ini juga harus dilakukan tanpa tambahan menu. Walter Mazzarri mencantumkan pragmatisme, tapi juga menerapkan rezim yang mementingkan kebugaran fisik.

Alhasil, pelatih yang ditarik Inter dari Napoli, klub yang berkalikali lolos ke Liga Champions di bawah penanganannya, itu juga mengalami pendepakan kala tak kunjung memberikan hasil bagus.

Baca juga:

Kans Spalletti bertahan tentu akan tergantung dari pencapaian Inter di tangannya. Untuk mencatat kesuksesan di Nerazzurri, Spalletti mungkin mesti menerapkan pendekatan yang mementingkan kemenangan.

Untuk itu, sang bos anyar perlu menekan keinginan timnya bermain cantik seperti di Roma. Keharusan itu tampak berat buat Spalletti.

Segera setelah memastikan kedatangan ke Meazza, Spalletti menyatakan takkan mempertahankan pemain Inter yang ingin hengkang. Sikap keras seperti itu biasanya tidak awet di Inter.


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X