Wawancara Rexy Mainaky: Lebih dari Satu Medali di Tokyo 2020

By Kamis, 25 Agustus 2016 | 21:33 WIB
Kabid Binpres PP PBSI, Rexy Mainaky, ketika sedang menghadiri diskusi bulu tangkis di Kantor Redaksi BOLA, Palmerah, Jakarta, 1 Maret 2016. (HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET)

Bulu tangkis Indonesia kembali meraih emas pada pesta olahraga empat tahunan Olimpiade 2016 yang digelar di Rio de Janeiro, 5-21 Agustus. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih emas setelah menundukkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) pada final.

Penulis: Pipit Puspitarini

Pencapaian tersebut mengembalikan tradisi emas Indonesia di Olimpiade, yang sekaligus menjadi angin segar dalam perbaikan pembinaan bulu tangkis nasional.

Bagaimana reaksi tim bulu tangkis Indonesia? Apa langkah selanjutnya? Berikut wawancara Tabloid BOLA dengan manajer tim bulu tangkis Indonesia pada Rio 2016, Rexy Mainaky di Rio de Janeiro, Brasil, Sabtu (20/8).

Satu medali emas, apakah Anda puas dengan hasil ini?

Empat tahun lalu, pada Olimpiade London 2012, kita tidak mendapatkan satu medali pun. Selain itu, juga ada insiden pengaturan skor yang mencoreng muka bulu tangkis Indonesia. Sekarang, kita bisa mendapatkan satu medali. Tidak tanggung-tanggung, langsung medali emas.

Hasil ini harus dihargai dan kita harus puas. Kita mengembalikan tradisi emas bulu tangkis di Olimpiade. Semoga tidak menjadi kepuasan yang berlebihan, tetapi kepuasan yang memotivasi dan bersifat positif.

Bagaimana dengan kegagalan meraih medali dari nomor lain?

Target kami sebenarnya dua medali emas. Namun, dua nomor yang kami harapkan bisa menyumbang medali justru tampil di luar performa terbaik mereka. Tetapi, inilah Olimpiade. Dari pengalaman saya menjadi pemain dan pelatih, Olimpiade ini adalah yang paling banyak diwarnai kejutan.

Sistem pool dan undian yang diberlakukan pada Olimpiade kali ini memang berbeda. Ada bagusnya juga karena hal itu membuat pemain-pemain dari negara kecil bulu tangkis tidak langsung tersingkir.