PSG, antara Posisi dan Relasi

By Kamis, 27 Oktober 2016 | 21:25 WIB
Mario Balotelli berbincang dengan pelatih Nice, Lucien Favre, saat ditarik keluar pada pertandingan kontra Lyon, Sabtu (15/10/2016). (VALERY HACHE/AFP)

Sejak diakuisisi oleh Qatar Sports Investments (QSI) pada 2011, Paris Saint-Germain (PSG) terbiasa menjalani liga dengan awalan cenderung lambat. Namun, musim ini patut menjadi catatan karena Les Parisiens tampak belum mau berlari meski kompetisi sudah memasuki pekan ke-10.

Penulis: Sem Bagaskara

Jarak PSG dengan pemuncak klasemen melebar menjadi enam angka setelah pasukan arahan Unai Emery cuma berbagi skor 0-0 dalam laga le classique versus Marseille di Parc des Princes, Minggu (23/10).

Sekitar tiga jam sebelum duel le classique digelar, Nice memantapkan posisinya di urutan pertama klasemen Ligue 1 2016-2017 usai menekuk Metz 4-2 di Stade Saint-Symphorien. Tak cuma kian jauh dari Nice, PSG juga mesti rela tempat mereka di posisi kedua klasemen diambil alih Monaco.

Baca juga:

Les Parisiens turun satu tingkat ke peringkat ketiga. Dalam hal posisi, prestasi PSG racikan Emery adalah yang terburuk sejak rezim QSI berkuasa.

Sejak 2011-2012, Les Parisiens selalu mampu berada di posisi dua besar ketika liga memasuki pekan ke-10.

"Kami mengalami pasang-surut. Kami tidak konsisten," kata bek kiri PSG, Maxwell, kepada L'Equipe.

Inkonsistensi PSG banyak disebut sebagai efek dari proses adaptasi Emery yang belum paripurna. Ligue 1 2016-2017 merupakan musim pertama ahli strategi Spanyol itu mengarsiteki Les Parisiens.