ItalMilan, Milanello Mewujudkan Modello Milan

By Kamis, 27 Oktober 2016 | 22:33 WIB
Para pemain AC Milan merayakan gol mereka kegawang Sassuolo dalam laga Serie A di San Siro, Milan, Italia, 02 Oktober 2016. (MARCO BERTORELLO/AFP PHOTO)

“Hanya dengan cara ini Anda bisa menjadi pemain di Serie A. Jika merasakan ketakutan dalam turnamen usia muda, bagaimana bisa Anda bermain di San Siro? Satu-satunya cara untuk menghadirkan kenyamanan itu adalah dengan menyentuh bola sebanyak mungkin,” tutur Galli di La Repubblica.

Perihal dasar lain adalah tim mesti mengendalikan permainan, bermain menekan, dan menerapkan skema empat bek. Lantas kenapa Milan baru gencar menajamkan filosofi pada 2015?

Niatan itu merupakan respons dari keresahan manajemen tim. Usai meraih scudetto pada 2010/11, kemampuan Milan mendominasi lawan mengalami penurunan dari musim ke musim.

Bahkan, ketika Sinisa Mihajlovic memegang kendali tim utama pada 2015/16, Il Diavolo lebih suka bermain menunggu dan mengandalkan serangan balik. Itulah salah satu alasan kenapa umur Miha di kursi pelatih Milan tak panjang.

Masa Lalu

Pengalaman masa lalu juga melatarbelakangi proyek revitalisasi akademi Milan.

“Kami ingin mengulangi apa yang dilakukan pada 1986, ketika tim memiliki Franco Baresi, Paolo Maldini, Filippo Galli, Alessandro Costacurta, dan Alberigo Evani,” ujar CEO Milan, Adriano Galliani.

Semua nama yang disebut Galliani itu adalah jebolan akademi dan menjadi tulang punggung era The Dream Team (1988-1990). Tak cuma pengalaman manis, Milan juga belajar dari kenangan pahit.

Pada masa lalu Milan terbilang kurang sabar terhadap pemain mudanya. Alhasil, Il Diavolo beberapa kali tak merasakan buah manis dari talenta yang susah payah mereka pupuk.

Francesco Toldo, yang pernah mengantar Milan Berretti (U-20) meraih scudetto, tak pernah bermain di tim utama.