Luis Milla dan Pertanyaan-pertanyaan yang Mungkin Belum Terjawab

By Anju Christian Silaban - Selasa, 9 Mei 2017 | 04:55 WIB
Pelatih tim nasional Indonesia, Luis Milla, menjalani wawancara bersama JUARA dan Kompas.com di Hotel Yasmin, Karawaci, Senin (8/5/2017). (HERKA YANIS PANGARIBOWO/JUARA)

Sebab, seorang pelatih pasti sedih apabila proyeknya tidak selesai. Terlebih lagi ketika publik dan federasi memberikan tuntutan besar.

Publik memang memiliki ekspektasi besar terhadap timnas. Siapkah Anda menghadapinya?

Itu sudah menjadi hukum dari kepelatihan. Saya hanya bisa bekerja keras dan berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik dari pemain. Saya memahami sekali risikonya.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, saya ingin orang mengingat saya dan tim U-22 sebagai orang yang mau bekerja keras.

PSSI melakukan naturalisasi terhadap sejumlah pemain. Terakhir adalah Ezra Walian dan ada pula Stefano Lilipaly di timnas senior.

Seberapa penting peran pemain naturalisasi untuk meningkatkan kualitas skuad? Lalu, apakah ada kemungkinan menambah pemain naturalisasi karena masih ada banyak lagi di Belanda?

Selama pemain itu bisa menjadi pembeda dan meningkatkan kualitas tim kami, saya sangat senang. Paling dekat adalah Ezra Walian.

Saya senang saat dia bergabung dengan tim kami karena dirinya memiliki kemauan bekerja keras untuk Indonesia. Dia menunjukkannya dalam pertandiongan melawan Myanmar. Dia memutuskan bermain untuk Indonesia, padahal dirinya berasal dari klub besar Eropa.

Baca juga: Wawancara Eksklusif, Lilipaly di Antara Mimpi Promosi dan Rindu Timnas


Pelatih timnas Indonesia, Luis Milla, berpose setelah sesi wawancara eksklusif bersama JUARA dan Kompas.com di Hotel Yasmin, Karawaci, Senin (8/5/2017).(HERKA YANIS PANGARIBOWO/JUARA.NET)