Bulu Tangkis Jadi Obat bagi Tunggal Putri Amerika Serikat Ini

By Delia Mustikasari - Jumat, 22 Februari 2019 | 10:40 WIB
Pebulu tangkis tunggal putri asal Amerika Serikat yang memperkuat Berkat Abadi, Zhang Beiwein tampil pada Djarum Superliga Badminton 2019 di GOR Sabuga, Bandung, Kamis (21/2/2019).
PB BERKAT ABADI
Pebulu tangkis tunggal putri asal Amerika Serikat yang memperkuat Berkat Abadi, Zhang Beiwein tampil pada Djarum Superliga Badminton 2019 di GOR Sabuga, Bandung, Kamis (21/2/2019).

JUARA.NET - Berkat Abadi mendatangkan Zhang Beiwen untuk memperkuat barisan tim putri pada Djarum Superliga Badminton 2019 di Gedung Sabuga ITB, Bandung, 18-24 Februari.

Pemain yang kini menetap di Las Vegas, Amerika Serikat tersebut, sudah menyumbangkan dua poin dari tiga kali diturunkan pada babak penyisihan Grup X.

Zhang Beiwen mulai mengenal bulu tangkis ketika belum genap berusia tujuh tahun. Ketika kecil, Zhang yang lahir di kota Liaoning, China, menderita trakeitis atau infeksi di saluran trakea.

 

Dia banyak menghabiskan masa kecilnya dengan berada di rumah sakit. Bahkan, pernah satu kali dia harus tinggal di rumah sakit selama tiga bulan penuh.

"Selama di rumah sakit saya diinfus. Saking seringnya diinfus, tidak ada lagi tempat untuk memasukkan jarum di tangan dan kaki saya. Akhirnya jarum infus dipasang di kepala saya. Ayah saya setiap hari menangis karena sedih melihat kondisi saya," kata pemain kelahiran 12 Juli 1990 tersebut.

"Saya harus mengonsumsi obat setiap hari. Semua obat yang saya minum ditumbuk menjadi serbuk. Seingat saya, selama tiga tahun saya harus mengonsumsi obat secara rutin. Tetapi, ibu saya bilang lebih lama dari itu. Intinya, lama sekali," kata Zhang menambahkan.

Dengan maksud membuat tubuh anaknya lebih kuat, sang ibu akhirnya menyarankan Zhang untuk berolahraga.

Baca Juga : Greysia Polii Beli Mie Yamin Bandung di Tengah Penyelenggaran Djarum Superliga 2019

Pilihan pertama adalah berenang. Namun, Zhang kecil hanya bertahan selama satu bulan. Dia mengaku tidak suka dengan air dan merasa tertekan setiap kali sang pelatih menyuruhnya masuk ke kolam.

Zhang lalu diajak berkunjung ke sekolah olahraga dan diberi kesempatan untuk memilih. Zhang sempat melihat bola basket dan bola voli. Tetapi, pelatih yang ada di sana menyarankan agar dia tidak memilih kedua cabang tersebut karena ukuran badan Zhang yang tidak tinggi.

"Saya juga melihat tenis meja dan olahraga lain, tetapi tetap tidak tertarik. Lalu saya melihat kok bulu tangkis. Sebelumnya saya tidak pernah tahu atau mendengar tentang bulu tangkis. Tetapi, ketika melihat kok bulu tangkis saya langsung jatuh cinta, karena bentuknya yang aneh dan cantik," kata Zhang.

"Ketika itu, saya bermain untuk bersenang-senang dan terutama supaya saya tidak sakit lagi. Ternyata benar, setelah rutin berolahraga saya mulai tidak merasakan sakit lagi. Badan saya semakin kuat. Dan setelah dua tahun berlatih, saya ikut turnamen di China. Itu merupakan satu-satunya turnamen di China yang saya ikuti," aku Zhang.

Baca Juga : Djarum Superliga Badminton 2019 - Berkat Abadi Akan Lawan Djarum dan Mutiara

Pada 2004, ketika berusia 14 tahun, Zhang akhirnya memutuskan pindah ke Singapura. Zhang menyebut bahwa itu merupakan satu-satunya pilihan yang dia punya jika ingin meneruskan karier sebagai pemain bulu tangkis. Tiga tahun kemudian, dia pindah warga negara dan mulai membela tim nasional Singapura.

Pada 2012, dia pergi ke Amerika Serikat. Awalnya, dia pergi ke San Francisco karena memiliki teman di sana. Dia lalu hijrah ke Las Vegas karena di sana ada klub bulu tangkis yang membuka peluang untuk Zhang bergabung.

"Sebelum ke Amerika, saya sudah tidak bermain bulu tangkis selama hampir dua tahun. Saya tetap berhubungan dengan bulu tangkis, tetapi sebagai pelatih. Waktu pertama datang ke Las Vegas, saya dites. Saya kaget karena saya bisa mengalahkan semua pemain yang ada di klub itu. Di Amerika memang tidak banyak pemain bagus," kata Zhang.

"Saya senang tinggal di Las Vegas karena di sana biaya hidup murah. Awalnya, bahasa memang menjadi kendala utama. Ketika di Singapura, saya tidak banyak memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Saya mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi sulit untuk berkata-kata," kata Zhang menambahkan.

Baca Juga : Jadwal dan Live Streaming Semifinal Djarum Superliga Badminton 2019

Dari sekian banyak tempat atau negara yang pernah dikunjungi, Zhang menyebut Jepang sebagai favoritnya. Singapura jadi pilihan berikutnya. Yang pasti, dia mengaku tidak ada keinginan untuk tinggal menetap di negara kelahirannya, China.

Lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 merupakan target besar Zhang. Untuk mewujudkan target tersebut, dia sudah menyusun beberapa strategi tahun ini. Dia menargetkan satu gelar di turnamen World Tour Super 300, lalu minimal menembus semifnal turnamen World Tour Super 750 dan 1000.


Editor : Delia Mustikasari
Sumber : BolaSport. com


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X