Mike Tyson Batal Ke Indonesia

By Caesar Sardi - Rabu, 5 Februari 2014 | 23:15 WIB
Mike Tyson dan Don King.
Dok. Mingguan BOLA
Mike Tyson dan Don King.

Skandal kembali mewarnai tinju pro Indonesia. Rencana mendatangkan juara dunia kelas berat Mike Tyson dan promotor terkenal Don King, hanyalah pekerjaan menggantang asap dari Revlie Mandagie, penyandang dana pertandingan perebutan gelar juara dunia kelas terbang mini versi IBF di Jakarta.

Bahkan, Revlie seperti mengharapkan guntur di langit, air dalam tempayan ditumpahkan. Mengharap Tyson bisa ke Jakarta, pertandingan Nico Thomas melawan Samuth Sithnamepol jadi berantakan. Jangankan membayar Tyson Rp 1,3 milyar, menyediakan dana sebesar Rp 200 juta untuk biaya penyelenggaraan perebutan gelar IBF pun tak mampu.

Pelbagai komentar terdengar setelah Tyson gagal datang ke Jakarta dan pertandingan Nico-Samuth kacau. Ada yang mengatakan, Revlie yang baru berusia 28 tahun terlalu berani. Ada pula suara bahwa anak muda ini ingin menumpang tenar lewat tinju pro. Pendapat lain, bersimpati dan kasihan kepada Revlie yang belum kenal dunia tinju pro Indonesia dengan segala liku-likunya.

"Yang jelas, kesalahan awal ada pada KTI. KTI kurang teliti. Seharusnya KTI minta jaminan bank melalui promotor Ferry Moniaga. Tetapi, ternyata KTI main percaya begitu saja dan inilah akibatnya," ujar mantan petinju nasional Syamsul Anwar Harahap.

Menurut Syamsul, karena ulah Revlie nama Indonesia dirugikan. "Kita sudah kehilangan kepercayaan dari Don King. Padahal, sudah ada penjajagan untuk membicarakan diselenggarakannya satu pertandingan Tyson di Indonesia. Tyson dan King sudah bersedia datang ke Jakarta, tanpa kita harus membayar mereka."

Boy Ikut Tercoreng

"Kasihan Boy Bolang," ujar asisten Ferry Moniaga, Martin Walewangko.

Menurut Martin, usaha mendatangkan Tyson sepenuhnya merupakan gagasan dari Revlie, dan Boy hanya menghubungkan mereka. "Bahkan, Boy sampai berkali-kali menanyakan kepada Revlie, apakah ia benar-benar serius mau mendatangkan Tyson. Dan Revlie meyakinkan bahkan mendesak Boy untuk menghubungkan Revlie dengan pihak Tyson."

Revlie di hadapan Boy berbicara langsung dengan pihak Tyson, lalu terjadi tawar-menawar dan disepakati kedatangan sang juara dunia ke Jakara dibayar 800.000 dolar AS di luar tiket pesawat dan board and lodging selama berada di Jakarta dan Bali.

Ternyata, jangankan 800.000 dolar AS (sekitar Rp 1.3 milyar), Rp 200 juta saja Revlie tak mampu menyediakan untuk pertandingan Nico-Samuth. Lalu, apa yang kau cari, to le?

(Penulis: Sam Lantang, Mingguan BOLA Edisi No. 265, 25 Maret 1989)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X