Keahlian Ini Bikin Rudy Eka Melatih di Bahrain

By Firzie A. Idris - Minggu, 2 Agustus 2015 | 19:03 WIB
Dokumentasi Rudy Eka Priyambada

Sangat jarang ada pelatih Indonesia yang dapat berkarier di luar negeri. Jika ada pelatih yang mampu melakukan itu, tentu dia memiliki keunggulan. Itulah yang dimiliki Rudy Eka Priyambada, setidaknya di mata klub Al Najma, Bahrain.

Rudy Eka menandatangani kontrak satu tahun dengan Al Najma pada Sabtu 1 Agustus 2015. Ia dikontrak sebagai asisten pelatih tim utama Al Najma dan sebagai Direktur Teknik Pengembangan Pemain Muda Al Najma. Al Najma adalah klub Divisi Dua Liga Bahrain.

Apa yang membuat seorang pelatih muda asal Indonesia dapat berkarier di Bahrain? Padahal, Rudy Eka belum pernah mendapat banyak kesempatan melatih di klub Indonesia. Ingat juga, kualitas sepak bola Bahrain ada di atas Indonesia. Kemenangan mereka 10-0 atas timnas pada Februari 2012 menjadi salah satu bukti.

Apa keistimewaan pelatih berusia 32 tahun itu?

Sebelum mengungkap apa kestimewaan Rudi Eka di mata orang Bahrain, ada baiknya mengulas sedikit tentang kunci masuknya bekas asisten pelatih Mitra Kukar itu ke Timur Tengah.

Jawabannya adalah Rudy Eka memiliki jaringan yang bagus di Asia. Tanpa jaringan itu, sulit rasanya buat Rudy Eka bisa berkarier di luar negeri.

Rudy Eka memiliki jaringan bagus di Asia karena ia pernah mengikuti program kursus kepelatihan Future Asia yang diadakan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada 2011-2012. Rudy Eka mengikuti program itu karena mendapat beasiswa dari AFC.
Di program Future Asia itulah Rudy mengenal pelatih kepala Al Najma, Ali Asoor.

Percuma saja jika memiliki jaringan bagus tetapi tidak memiliki kelebihan. Nah, kelebihan itu yang membuat Rudy Eka bisa berkiprah di Bahrain mulai Agustus 2015.

Salah satu kelebihan Rudy di mata Ali Asoor adalah dalam menganalisis pertandingan.

"Saya mendatangkan Rudi karena saya mengenalnya ketika mengikuti program kepelatihan Future Asia. Saya melihat kemampuan dan kapabilitasnya sebagai pelatih dapat membantu kami di Bahrain," kata Ali Asoor di akun Facebook Rudy Eka.

"Dia seorang analisis yang baik. Dia dapat menganalisis pertandingan-pertandingan buat kami dan juga membuat statistik-statistik buat kami dan dia juga dapat banyak membantu saya di lapangan. Jadi, saya pikir Rudi akan sangat berguna buat Al Najma dan juga buat saya sebagai pelatih kepala," ujar Ali Asoor.

Apa yang dikatakan Ali Asoor tepat. Rudy Eka memang memiliki keunggulan dalam menganalisis pertandingan.
Keberhasilan timnas U-19 asuhan Indra Sjafri di Piala AFF 2013 dan Kualifikasi Piala AFC 2014 tak dapat dilepaskan dari peran Rudy Eka. Saat itu Rudy Eka ikut tergabung dalam tim analis timnas U-19.

Tidak diketahui secara pasti kenapa Rudy Eka tidak bergabung lagi dalam tim analis timnas U-19 dalam persiapan Evan Dimas dkk. menuju Piala AFC U-20 2014.

Rudy Eka memiliki kelebihan dalam analis pertandingan karena dia menseriusi sektor itu. Bahkan, ia sampai menciptakan program di komputernya untuk membantu dirinya dalam menganalisis pertandingan.

"Lebih dihargai, dihormati, diakui. Ilmu dan kemampuan Kita di negara orang. Subhanallah. Alhamdulillah, saya bersyukur Kepada Allah atas semua ini," kata Rudi Eka.

Rudy memang sempat kurang mendapat kepercayaan. Sampai-sampai Direktur Teknik AFC, George Kottan berkunjung ke Indonesia untuk mencari tahu kenapa seseorang pelatih muda yang mendapat beasiswa dari AFC tak mendapat kesempatan di Indonesia.

Saat itu, pada tahun 2012, George Kottan bertemu dengan Direktur Teknik PSSI di era kepemimpinan Djohar Arifin, Sutan Harhara, untuk berdiskusi mengenai hal tersebut.

Kurang mendapat kesempatan, saat itu Rudy Eka memberanikan diri berkarier di Australia, di tim negara bagian. Bukan di level tinggi Liga Australia dan hanya mendapat bayaran yang kecil, selain melatih, untuk memenuhi kebutuhan hidup di Australia, Rudy Eka juga bekerja di toko roti dan restoran.

"Saya bekerja pagi, dari pukul 3 pagi sampai 12 siang, bikin roti," kenang Rudi Eka.  

Pada akhirnya Rudi Eka mendapat kesempatan di Indonesia pada tahun 2014. Ia mendapat kesempatan dari Mitra Kukar.

Rudy Eka adalah pelatih termuda Indonesia yang memiliki lisensi A AFC. Ia mendapatkan lisensi itu pada tahun 2014. Sebelum mendapatkan lisensi A AFC, ia mendapatkan lisensi B AFC melalui program Kursus Kepelatihan Future Asia.

Program Kursus Kepelatihan Future Asia berlangsung selama berbulan-bulan. Rudy Eka dan peserta lain mendapat kesempatan mengadakan studi ke berbagai negara, termasuk ke Jerman.

Mereka juga punya kesempatan melakukan analisis laga-laga elite level Asia, seperti Piala Asia U-19 dan Liga Champion Asia. Tampaknya, kemampuan Rudy Eka dalam menganalisis pertandingan terasah di program ini.

Yang menarik, Rudi Eka pernah diabaikan PSSI pada tahun 2006. Di awal kariernya, pria asal Jakarta ini pernah dinilai tak layak sehingga tak lulus dalam sebuah kursus kepelatihan yang diadakan PSSI tahun 2006 di Stadion Bea Cukai, Rawamangun.

Karena tekad kuat berkarier sebagai pelatih, Rudy Eka kemudian mengikuti kursus C AFC di Malaysia. Rudy Eka bahkan terpilih sebagai salah satu lulusan terbaik sehingga ia mendapatkan beasiswa dari AFC untuk mengikuti program Kursus Kepelatihan Future Asia.


Editor : Riemantono Harsojo
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X