Kekuatan AS Roma Seperti Air dan Api

By Beri Bagja - Kamis, 5 November 2015 | 21:03 WIB
Mohamed Salah, tajam di depan, tapi belum diimbangi ketangguhan rekannya di lini belakang.
Getty Images
Mohamed Salah, tajam di depan, tapi belum diimbangi ketangguhan rekannya di lini belakang.

 AS Roma menang susah-payah atas Bayer Leverkusen di partai Liga Champions tengah pekan kemarin. Skor 3-2 lagi-lagi menggambarkan paradoks di tubuh Sang Serigala.

Duel Roma melawan Leverkusen di Olimpico meneruskan tren lahirnya banyak gol saat mereka bertemu. Pada laga pertama di kandang Leverkusen, keduanya berbagi skor 4-4. Catatan total 13 gol hanya dalam dua partai membuktikan Roma dan Leverkusen sukses menghibur pendukung mereka dengan permainan agresif.

"Kami tidak dibuat bosan ketika dua tim ini bertanding," kata pelatih Roma, Rudi Garcia, sambil tersenyum.

Peramu taktik asal Prancis itu berhasil mengangkat produktivitas Roma ke jajaran elite di Liga Champions musim ini. Serangan Mohamed Salah cs. di sektor ofensif bak api yang panasnya menyengat setiap lawan. I Lupi sudah mencetak 10 gol alias menjadi tim tersubur ketiga di fase grup setelah FC Bayern Muenchen (13 gol) dan Leverkusen (11).

Namun, Roma memiliki angka kebobolan yang menyentuh dua digit pula: 10 gol. Terbanyak setelah tim semenjana semodel BATE Borisov dan Maccabi Tel Aviv (11). Sebuah sinyal peringatan dari juru transfer klub, Walter Sabatini, sudah muncul sebelum duel kontra Leverkusen digelar.

"Roma termasuk tim yang aneh. Statistik menunjukkan lini serang kami bagus dan sedikit lemah di belakang," ucap Sabatini. Pernyataan sang direktur olah raga disimpulkan oleh La Gazzetta dello Sport.

"Pertahanan Roma seperti air." Begitu tulis media berbasis di Kota Milan tersebut. Secara rata-rata, Roma menderita 2,5 gol per partai di Liga Champions. Rasio kebobolan Sang Serigala di Serie A lebih baik, yakni 1,2 gol per partai, hasil dari kemasukan 13 kali dalam 11 pekan.

Tetap saja kerapuhan pertahanan disorot karena Roma cuma melakoni sekali partai nirkebobolan, yaitu ketika menekuk Frosinone 2-0 (12/9/2015). Sisa 10 laga dilalui dengan entah kiper Wojciech Szczesny atau Morgan De Sanctis memungut bola dari gawangnya.

Seperti kata Sabatini, kondisi ini mungkin ganjil mengingat Garcia pada awal kedatangannya justru bermodalkan fondasi kukuh di pertahanan. Di musim perdana membesut Roma (2013-14), Garcia membuat tim hanya kebobolan satu gol dalam 10 pekan awal di Serie A. Seluruh partai itu berujung dengan kemenangan!

 


Editor :
Sumber : La Gazzetta dello Sport, UEFA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X