Labirin di Sepak Bola Kita

By Weshley Hutagalung - Minggu, 12 April 2015 | 14:13 WIB
Labirin, menyajikan tantangan mencari jalan keluar.
geeksofdoom.com
Labirin, menyajikan tantangan mencari jalan keluar.

Berkaca pada situasi di negeri ini, kita seolah sudah terbiasa menyantap masalah yang berlarut-larut dan
men­dapat tambahan “bumbu penyedap”.

Saya tak mau berpikir macam-macam terhadap alasan Menpora Imam Nahrawi yang menggandeng Badan Olah Raga Profesional Indonesia (BOPI) untuk membantu perjalanan Liga Indonesia menuju arah yang lebih baik.

Saya coba menempatkan kata “percaya” akan niat baik pemerintah, dalam hal ini Menpora, untuk mendekatkan impian masyarakat melihat tim nasional yang berprestasi.

Ketika ada pihak yang memberi informasi bahwa persoalan sepak bola Indonesia saat ini adalah tentang per­tarung­an pribadi antara Imam Nahrawi dengan La Nyalla Mahmud Mattalitti, saya hanya mengangguk memahami.

Tapi, saya tidak mengamini bahwa masa depan olah raga rakyat Indonesia ini tergantung pada rivalitas pribadi dua tokoh tersebut.

***

Seperti permainan labirin, kita tidak boleh menyerah saat menemui jalan buntu.

Bila benar para pemilik suara dan pengelola sepak bola di Tanah Air ingin meng­hadir­kan prestasi ke hadapan masyarakat, kenapa tidak bersatu mencari jalan keluar dari labirin sepak bola?

Saya menduga Menpora Imam Nahrawi saat ini berada dalam sebuah labirin dan men­cari bantuan solusi untuk keluar dari jalan buntu wilayah kerjanya.

Persoalan bagi Menpora yang mempertaruhkan nama baik bangsa ini bernama Asian Games 2018. Indonesia menjadi tuan rumah dan dituntut berprestasi sebagai penyelenggara yang baik sekaligus membanggakan kita dengan prestasi para atlet.

Membaca perkembangan dan keputusan yang dikeluar­kan Menpora terkait kontingen SEA Games 2015 pun seperti mema­suki sebuah kolam masalah.

Masa depan sepak bola kita tak bisa sepenuhnya diserahkan kepada Menpora, BOPI, atau La Nyalla. Kita semua berada dalam labirin sepak bola yang menjanjikan jalan keluar selama tidak putus asa dan saling meneror pihak berseberangan.

Dengan tanggung jawab dan wewenang yang dimiliki setiap insan sepak bola, persoalan saat ini harus menjadi fondasi untuk membangun rumah yang kokoh.

Kapan kita sadar bahwa kita membangun rumah sepak bola di atas pasir masalah?


Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Harian BOLA, Sabtu 11 April 2015


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X