Kasus Sepak Bola Gajah, Pemain Terhukum Tunggu Nasib

By Jumat, 4 Maret 2016 | 21:29 WIB
Pelatih PSS, Herry Kiswanto, tidak diizinkan mendampingi tim di turnamen Bali Island Cup 2016 oleh PSSI.
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET
Pelatih PSS, Herry Kiswanto, tidak diizinkan mendampingi tim di turnamen Bali Island Cup 2016 oleh PSSI.

Kabar digelarnya Indonesia Soccer Cham­pionship (ISC) 2016 menjadi angin segar bagi para pelaku sepak bola nasional. Bagaimana dengan para eksekutor kasus sepak bola gajah?

Penulis: Gonang Susatyo/Persiana Galih

PSIS Semarang telah mempertanyakan hal tersebut pada PT Gelora Trisula Semesta (GTS) sebagai pengelola turnamen dalam manager meeting ISC, Jumat (26/2/2016).

PSIS bimbang merekrut para pemainnya yang dihukum atas kasus tersebut.

Manajer Wahyu Winarto mengatakan ia khawatir klubnya bernasib sama dengan PSS Sleman saat berlaga di turnamen Bali Island Cup (BIC) 2016. Di turnamen tersebut, pemain dan pelatih PSS yang dikenai sanksi tidak diizinkan tampil.

“Hal itu yang kami pertanyakan pada pertemuan di Jakarta. Tapi, pihak pengelola belum memberikan kepastian,” kata Wahyu, yang dijatuhi hukuman seumur hidup tidak boleh beraktivitas di sepak bola atas kasus tersebut.

Belakangan, setiap turnamen menerapkan standar yang berbeda dalam kasus sepak bola gajah.

Misalnya Piala Polda Jateng. Para pemain yang terkena sanksi bisa leluasa membela klubnya. “Kami sangat berharap mereka bisa tampil di ISC,” kata Wahyu.

Sementara itu, Manajer PSS, Arief Juliwibowo, berencana mempertahankan sebagian besar pemain yang tampil di Bali meski masih dikenakan sanksi, termasuk kapten Anang Hadi, Agus Setiawan, Eko Setiawan, Wahyu Gunawan, dan kiper Riyono. Sang kiper dan Agus sebelumnya dijatuhi sanksi seumur hidup.

“Dipertahankan karena memang mereka yang menjadi kerangka tim untuk ISC,” tutur Arief.

Sayangnya, panitia ISC hingga saat ini belum menjawab pertanyaan mereka.

Kasus sepak bola gajah terjadi saat PSIS bertemu PSS di babak delapan besar Divisi Utama 2014, 26 Oktober 2014. Kedua tim berupaya kalah karena takut menghadapi Pusamania Borneo FC jika mereka lolos dari babak delapan besar.

Menurut mereka saat itu, PBFC kerap bermain kasar sehingga mencelakai skuat lawan.

Kebebasan dari PSSI

Ketua Komisi Disiplin PSSI, Ahmad Yulianto, membebaskan panitia dalam menerapkan standar atas kasus tersebut. Syaratnya, panitia ISC memutuskan kompetisi mereka bukan menjadi agenda PSSI.

"Jika turnamen tidak ada di kalender PSSI, maka silakan turunkan pemain yang terkena sanksi," kata dia saat dihubungi BOLA.

Jika panitia melibatkan PSSI, maka para eksekutor sepak bola gajah mesti menempuh sejumlah prosedur agar bisa kembali membela timnya.

"Di antaranya mengajukan banding ke Komisi Banding atau meminta pemutihan di Kongres PSSI," ujar Ahmad.

[video]http://players.brightcove.net/4386485688001/5f5050ba-12eb-4380-b837-257aded67fbc_default/index.html?videoId=4785308783001&preload=none[/video]


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.656


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X