Dongeng Leicester, Buah Persiapan Kelas Satu

By Sabtu, 14 Mei 2016 | 02:37 WIB
Euphoria kemenangan tim Leicester City setelah laga Premier League antara Leicester City melawan Everton, di Stadion The King Power, 07 April 2016.
LAURENCE GRIFFITHS/GETTY IMAGES
Euphoria kemenangan tim Leicester City setelah laga Premier League antara Leicester City melawan Everton, di Stadion The King Power, 07 April 2016.

Kata "keajaiban" masih dirasa kurang pas untuk menggambarkan kesuksesan Leicester City merengkuh gelar Premier League 2015-2016. Kiprah brilian The Foxes musim ini lebih cocok disebut dongeng.

Penulis : Sem Bagaskara

Jamie Vardy, Riyad Mahrez, dan Manajer Claudio Ranieri tak terbantahkan lagi merupakan tokoh-tokoh sentral dalam dongeng Cinderella ala Leicester.

Akan tetapi, kisah indah The Foxes tak mungkin tersaji tanpa campur tangan para "figuran" semodel Steve Walsh dan Craig Shakespeare. Walsh mengemban jabatan asisten manajer. Sejak 2011, ia menjadi otak lalu lintas transfer Leicester.

Para pilar tim juara Leicester musim ini macam Vardy, Mahrez, dan N'Golo Kante adalah bukti bahwa Walsh memiliki mata elang dalam memantau pemain bertalenta. Leicester mantap merekrut mereka bertiga usai mendapatkan rekomendasi dari Walsh.

Baca Juga:

Shakespeare? Ia punya peran kunci di ruang ganti. Pria berusia 52 tahun itu memastikan peralihan rezim dari Nigel Pearson ke Ranieri bisa berjalan mulus.

Ketika Pearson duduk di kursi Manajer Leicester musim lalu, Shakespeare juga bertugas sebagai asisten. Sang asisten menjaga semangat juang Leicester racikan Pearson, yang memenangi tujuh dari sembilan partai terakhir Premier League 2014/15, terus menyala meski kendali tim pada musim ini dipegang Ranieri.

Perpanjangan tiga tahun masa kerja adalah apresiasi nyata Leicester bagi Walsh dan Shakespeare. Kontrak kedua asisten manajer tersebut sedianya akan habis pada 2017.

Pembaruan kontrak Walsh dan Shakespeare dikonfirmasi langsung oleh vice-chairman The Foxes, Aiyawatt Srivaddhanaprabha.

"Walsh dan Shakespeare sudah setuju. Mereka bekerja dengan bagus di sini dan senang melakukannya," kata Srivaddhanaprabha.

Petinggi Leicester tahu betul bahwa agenda tim kini tak cuma menghindarkan para pemain bintang seperti Vardy, Mahrez, atau Kante dari godaan klub-klub besar, tapi juga mempertahankan barisan staf pelatih yang telah bekerja secara mengagumkan.

Jajaran staf pelatih Leicester adalah sosok di balik layar kemunculan dongeng Cinderella di Premier League 2015/16.

Ketahanan dan Kecepatan

Dave Rennie misalnya. Kepala fisioterapis The Foxes itu memperkenalkan Vardy cs kepada cryotherapy. Terapi tersebut mirip dengan mandi es tapi lebih ramah terhadap kulit karena penggunaan es kering.

Selama minimal empat menit, pemain dipapar dalam ruangan atau kapsul bersuhu minus 135 derajat celcius!

"Begitu dingin, namun sangat membantu proses pemulihan Anda," ucap Vardy.

Vitalitas pilar Leicester sangat terjaga seturut diberlakukannya kebijakan 48 jam masa pemulihan usai hari pertandingan, serta satu hari libur pada tengah pekan. Pola latihan semacam ini bisa dilakukan The Foxes karena mereka tak tampil dalam kompetisi antarklub Eropa serta tersingkir dini di kompetisi piala domestik.

Tak heran jika Ranieri musim ini jarang melakukan rotasi dan hanya menggunakan 23 pemain. Jumlah yang terbilang mini jika melihat fakta bahwa manajer Manchester United, Louis van Gaal, sudah menurunkan 33 pemain sepanjang Premier League 2015-16.

Kondisi tubuh yang senantiasa bugar memungkinkan Leicester menggeber strategi serangan balik andalan mereka. Penerapan taktik serangan balik ditunjang oleh latihan otot hamstring, yang rutin dilakukan personel The Foxes.

Kaki-kaki penggawa Leicester sudah terbiasa melakukan latihan angkat beban seberat 350 hingga 500 kilogram. Berbekal otot hamstring yang kuat, Vardy dkk bisa konsisten berlari sepanjang pertandingan.

Leicester tak hanya fokus kepada ketahanan, tapi juga kecepatan. Di sinilah peran jus buah bit yang kerap dikonsumsi anak asuh Ranieri.

Menurut peneliti di Universitas Exeter, meminum jus buah bit dapat meningkatkan performa pemain dalam melakukan sprint serta membuat keputusan.

Terjawab sudah alasan kenapa EA Sports Player Performance Index menempatkan Vardy sebagai manusia tercepat Premier League pada Januari silam. Terbukti pula bahwa dongeng indah Leicester bukan terjadi lantaran kebetulan semata, tapi hasil dari latihan dan persiapan kelas satu.


(GRAFIS: ANDREAS JOEVI/JUARA.NET)


Editor : Aloysius Gonsaga
Sumber : Tabloid BOLA No.2.666


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X