Fisik dan Pola Pikir Jadi Sorotan dalam Persiapan Menuju Olimpiade

By Selasa, 14 Juni 2016 | 15:59 WIB
Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, mengembalikan kok Or Chin Chung/Tang Chun Man (Hong Kong) pada babak pertama BCA Indonesia Open Superseries Premier di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
GARRY ANDREW LOTULUNG/KOMPAS.COM
Pasangan ganda putra Indonesia, Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan, mengembalikan kok Or Chin Chung/Tang Chun Man (Hong Kong) pada babak pertama BCA Indonesia Open Superseries Premier di Istora Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2016).

Kondisi fisik pemain jadi sorotan utama dalam persiapan para pebulu tangkis Indonesia menuju Olimpiade Rio 2016, Agustus mendatang.

"Kami menerima laporan dari tiap pelatih soal ketahanan fisik pemain, bahwa masih ada gap yang perlu ditambal. Kami telah mengadakan pertemuan khusus dengan para pelatih fisik tiap sektor," kata Rexy Mainaky, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.

Pelatih dan pemain punya waktu kurang dari dua bulan untuk membenahi segala kekurangan sebelum para pemain turun bersaing pada ajang olahraga empat tahunan tersebut.

"Soal waktu, saya rasa cukup. Ditambah dengan program training camp, kami yakin bisa memperbaiki kondisi fisik anak-anak," ujar Rexy yang meraih medali emas ganda putra Olimpiade Atlanta 1996 bersama Ricky Soebagdja.

"Soal fisik ini sangat krusial. Pertandingan di Olimpiade sangat menegangkan. Kalau sudah tegang, pengaruhnya akan ke fisik," kata Rexy menambahkan.

Selain soal fisik, hal lain yang menjadi perhatian utama dalam persiapan menuju Olimpiade adalah mind set. Menurut Rexy, pola pikir serta fokus dan konsentrasi atlet pada pertandingan sekelas Olimpiade adalah hal yang sangat krusial.

Pemain-pemain yang masuk ke Olimpiade adalah mereka yang sudah punya segudang pengalaman di turnamen bergengsi. Teknik permainan mereka tak perlu dipertanyakan lagi.

Namun, teknik tak akan bisa diaplikasikan dengan baik tanpa adanya ketenangan dalam bertanding.

Mempertimbangkan hal tersebut, PBSI dibantu tim dari Satlak Prima akan mendatangkan psikolog olahraga yang bertugas untuk mengatasi permasalahan ini.

Sebelum bertanding di Rio, para atlet akan menjalani dua program training camp. Pada 10-16 Juli 2016, mereka akan dikarantina di Kudus (Jawa Tengah).


Editor : Pipit Puspita Rini
Sumber : Badminton Indonesia


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X