Kisah Seven Nation Army Menguasai Sepak Bola

By Anggun Pratama - Kamis, 14 Juli 2016 | 19:19 WIB
Jack White (kiri) menghadiri sesi latihan klub bisbol LA Dodgers pada 17 April 2015, di Los Angeles, California, AS.
JON SOOHOO/LA DODGERS via GETTY IMAGES
Jack White (kiri) menghadiri sesi latihan klub bisbol LA Dodgers pada 17 April 2015, di Los Angeles, California, AS.

Pada Maret 2003, The White Stripes meluncurkan single Seven Nation Army dari album bertajuk Elephant. Berselang 13 tahun, lagu tersebut menjelma menjadi anthem tak resmi olah raga, khususnya sepak bola.

Siapa yang tak bakal ikut bersenandung ketika tujuh not legendaris Seven Nation Army mulai bersenandung? Di Piala Eropa 2016, kor Ohh... oh-oh-oh oh ohh... ohh... terdengar setelah gol terjadi. 

Di Benua Biru, para penggemar sepak bola menyebut lagi itu po po po po song. Di masa terbaiknya, Seven Nation Army hanya mencapai peringkat 76 dalam chart Billboard Hot 100 Amerika Serikat, posisi relatif terhormat buat lagu beraliran rock alternatif.

Di Britania Raya, peringkat terbaik lagu tersebut mencapai posisi tujuh, namun yang tertinggi ada di Italia dengan menempati peringkat tiga. 

Tak ada yang menyangka setelah melewati 2003, lagu Seven Nation Army masih menjadi favorit, bahkan hingga kini setelah band The White Stripes bubar pada 2011. 

Lantas, bagaimana bisa Po po po po song bisa melegenda? Teori sederhana bahwa intro lagu tersebut sangat catchy menjadi alasannya.

Awal Seven Nation Army bisa menjadi "lagu sepak bola", seperti diungkap oleh Deadspin, terjadi pada 22 Oktober 2003.

Di sebuah bar di Kota Milano, kelompok penggemar Club Brugge yang sedang menunggu sepak mula laga timnya kontra AC Milan di ajang fase grup Liga Champion mendengar tujuh not legendaris Da...da-DA-da da DAAH DAAH. Mereka senang dengan lagu tersebut dan mulai menyanyikannya bersama.

Lagu tersebut pun dibawa masuk ke San Siro. Di tengah laga, Blue Army, kelompok superter Club Brugge menjadikannya sebagai lagu buat dukungan kepada Brugge. "Nada yang sangat catchy," tutur Geert De Cang kepada Deadspin. 

Ketika Andres Mendosza (Brugge) membuat gol di menit ke-33, kumandang Ohh... oh-oh-oh oh ohh... Ohh... terdengar di San Siro. Ketika hasil akhir terkonfirmasi bahwa Brugge menang 1-0, lantunan Ohh... oh-oh-oh oh ohh... ohh... kembali terdengar ke seantero stadion.

Lagu tersebut ikut ke Belgia dan menjadi lagu resmi klub. Setiap menjelang laga kandang Brugge, pendukung tuan rumah menyanyikan Seven Nation Army. Ohh... oh-oh-oh oh ohh... ohh... mulai rutin terdengar setelah tiap gol, terutama gol tim tuan rumah.

Pada 15 Februari 2006, Club Brugge menjamu AS Roma di ajang Piala UEFA. Tim tamu menang 2-1. Tetapi hal yang menarik adalah ketika fan Roma menyadari lagu unik yang dinyanyikan oleh pendukung tuan rumah. 

"Saya tak pernah mendengar lagu itu sebelum kami bermain di Bruges. Sejak itu saya tak bisa mengeluarkan 'Po po po po po poo pooo' dari kepala saya. Lagu itu terdengar fantastis dan fan langsung suka. Saya langsung membeli album band tersebut," kata Francesco Totti kepada Nieuwsblad

Seven Nation Army berpindah dari Milano, ke Bruges, dan kembali ke Italia, tepatnya ke Kota Roma. Lagu itu masuk ke level dunia ketika Italia mentas di Piala Dunia 2006 di Jerman dan menjadi lagu tak resmi Gli Azzurri. 

Usai menjadi juara, Alessandro Del Piero dan Marco Materazzi, "membajak" konser Rolling Stones di Italia. Keduanya memimpin penonton konser tersebut menyanyikan Po po po po song. 

"Saya merasa terhormat bahwa orang Italia telah mengadopsi lagu ini menjadi lagu mereka," kata Jack White di Artis Direct.

Setelah itu, Seven Nation Army mulai mengisi stadion-stadion di seluruh dunia.

Belakangan, lagu Seven Nation Army mengalami peningkatan penjualan. Bukan karena Euro 2016, tetapi setelah peluncuran cuplikan gim Battlefield 1 yang menggunakan lagu tersebut pada 6 Mei 2016. Nielsen Music menyebut 2,4 juta kali lagu tersebut didengarkan melalui streaming dan 11 ribu penjualan melalui unduhan hingga 12 Mei.


Editor : Anggun Pratama
Sumber : billboard.com, Thequietus.com, Deadspin.com


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X