Madura United sedang membangun identitas dengan menggali sisi unik dari nilai-nilai budaya lokal untuk mereka angkat. Salah satu identitas yang coba mereka adopsi adalah budaya santri.
Santri merupakan kelompok sosial masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar pondok pesantren.
Guna mendekatkan diri dengan komunitas santri, manajemen Madura United telah mengirim tiga pemain untuk hidup dan membaur dengan warga pesantren. Tiga pemain tersebut adalah Ahmad Maulana, Gilang Ginarsa, dan Bayu Gatra.
"Program nyantri ini adalah bagian dari penghargaan kami kepada komunitas santri," ujar Presiden Madura United, Achsanul Qosasih.
"Selain itu kami ingin buktikan bahwa Madura United tetap memegang teguh nilai-nilai agama dalam sepak bola dengan mengedepankan persaudaraan, kebersamaan, dan keperdulian dalam menjalankan peran sebagai klub, manajemen dan pemain sepak bola," tutur dia.
Baca Juga:
- Janine Beckie Cetak Gol Tercepat dalam Sejarah Sepak Bola Olimpiade Wanita
- Mikrofon Diyakini Jadi Sebab Lionel Messi Pensiun dari Argentina
- 5 Pesepak Bola Paling Kreatif di Fantasy Premier League 2016-2017
AQ, sapaan Achsanul, sebagai putra asli Madura sadar betul bahwa identitas utama daerah asalnya adalah santri. Untuk itu, ia berkeinginan agar klub sepakbola Madura United juga menjadi bagian dari santri.
"Madura adalah santri, dan kami adalah bagian dari mereka," tegasnya.
Nilai-nilai santri tak hanya diadopsi oleh manajemen klub dan pemain saja, pun para suporter di Madura.
Jika dicermati lebih dekat, adalah hal jamak bagi para suporter Madura United datang ke stadion dengan menggunakan sarung dan peci. Bahkan, para supporter ini terkadang juga mengumandangkan shalawat saat pertandingan sedang berjalan.
"Suporter Madura adalah suporter sarungan yang berbasis dari pondok pesantren. Hanya di Madura ada penonton yg memakai sarung dan peci," ujar AQ.
Editor | : | Jalu Wisnu Wirajati |
Sumber | : | juara |
Komentar