Indonesia Butuh Kreativitas, Bukan Nyanyian Suporter yang Tidak Ramah

By Senin, 31 Oktober 2016 | 23:26 WIB
Para pemain PSIM Yogyakarta memberikan penghormatan ke suporter mereka saat menjamu PSCS Cilacap di Stadion Sultan Agung, Bantul, Sabtu (15/10/2016).
GONANG SUSATYO/JUARA.NET
Para pemain PSIM Yogyakarta memberikan penghormatan ke suporter mereka saat menjamu PSCS Cilacap di Stadion Sultan Agung, Bantul, Sabtu (15/10/2016).

Lagu-lagu berbau rasisme dengan pilihan kata yang tidak ramah anak masih menjadi warna suporter sepak bola Tanah Air kala mendukung tim kesayangannya. Menyedihkan, tetapi demikianlah realitasnya.

Penulis: Suci Rahayu/Budi Kresnadi/Abdi Panjaitan

Tidak ada sejarah khusus tentang kelahiranchant. Suporter pada dasarnya menciptakan dan menyanyikan lagu untuk mendukung tim sekaligus menjatuhkan mental lawan.

Namun, tujuan terakhir ini lantas bergeser menjadi hujatan terhadap suporter klub rival, termasuk saat klub tersebut tidak sedang menjadi lawan sekalipun.

Lagu-lagu bernada rasisme ini bahkan tak terhindarkan oleh Aremania, kelompok suporter Arema Cronus, kendati tidak seluruhnya demikian.

"Sebenarnya semua itu tanpa direncanakan, melainkan karena situasi di dalam stadion memang sulit dikendalikan. Ada banyak kepala dengan pemikiran masing-masing," kata Soekarno, salah satu pentolan Aremania.

Baca Juga:

Sejumlah upaya sudah dilakukan untuk meredam. Seperti saat bertandang ke markas Mitra Kukar di putaran pertama Torabika Soccer Championship misalnya, suporter sampai dilarang membawa drum dan bendera berukuran besar.

Hal ini dianggap bisa menjadi peringatan bagi Aremania untuk tidak melantunkan lagu-lagu rasis. Hanya, trik seperti itu sepertinya tidak efektif.

Cak No, panggilan akrab Soekarno, berharap ada aturan tegas atas perilaku kurang terpuji itu.

"Suporter bisa berubah. Caranya, harus ada aturan tegas yang mengaturnya," katanya.

"Misalnya, kalau menyanyikan lagu tertentu maka suporter yang bersangkutan dikenai sanksi larangan masuk stadion di beberapa laga kandang. Tetapi, batasan rasisme harus lebih dulu dibuat," tutur Soekarno.


Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X