Inter Milan Sudah Oriental Pasca-Moratti

By Minggu, 20 November 2016 | 11:23 WIB
Striker AC Milan, Carlos Bacca, mendapat tantangan dari pemain Inter Milan, Davide Santon, dalam duel Serie A di Stadio Giuseppe Meazza pada 31 January 2016.
MARCO LUZZANI/GETTY IMAGES
Striker AC Milan, Carlos Bacca, mendapat tantangan dari pemain Inter Milan, Davide Santon, dalam duel Serie A di Stadio Giuseppe Meazza pada 31 January 2016.

Sempat menjadi tim papan atas, Milan dan Inter sedang mengalami fase menurun. Musim lalu, Milan mengakhiri musim di tempat ketujuh, yang berarti kegagalan tampil di ajang antarklub Eropa beruntun sejak 2014 atau tiga tahun usai scudetto terakhir.

Inter tak jauh berbeda. Finis di peringkat keempat Serie A musim lalu menggarisbawahi inkonsistensi. Nerazzurri sempat memuncaki klasemen di awal musim kemarin, tapi kemudian melemah.

Si Biru-Hitam menjadi sasaran kritik. Roberto Mancini, yang tak pernah mendapatkan ketenangan dalam menangani timnya sejak kembali pada November 2014, akhirnya benar-benar didepak pada musim panas lalu.

Lalu, pergantian kepemilikan terjadi. Optimisme merebak lagi.

“Kami menjual untuk membuat Inter lebih kuat,” ucap Thohir, yang masih menduduki kursi presiden klub walau tak lagi menjadi pemilik saham mayoritas, pada Juli. Dalam waktu singkat, ujaran yang mungkin lebih tepat dikatakan janji itu menjauh dari kenyataan.

Pengganti Mancio, Frank de Boer, bukan cuma gagal mengulangi kesuksesan kala menangani Ajax, tapi juga membawa La Beneamata terjun bebas.

Hanya setelah enam tahun usai meraih treble winner, Inter menjadi klub yang terengah-engah di papan tengah.

Stefano Pioli dihadirkan menggantikan orang Belanda itu seturut ambisi tinggi pemilik anyar. Pada awal kehadirannya, yang meraup 68,55 persen saham Inter dengan nilai sekitar 270 juta euro, Suning mengutarakan cita-cita tinggi tersebut.

“Kami ingin mengembalikan klub ini ke posisi atas dan membangun sebuah tim hebat seperti yang telah dilakukan Massimo Moratti. Juga mengisinya dengan bintang dunia,” kata Zhang Jindong, si pemilik baru.

Niat menyamai kiprah Moratti boleh jadi bukan pekerjaan gampang bagi Zhang dan Suning miliknya itu. Saat Moratti masih menjadi orang nomor satu di Nerazzurri pada rentang 1995-2013, klub itu bertaburkan bintang.

Dari Ronaldo, Christian Vieri, sampai Wesley Sneijder. Di kursi pelatih, Marcello Lippi hingga Jose Mourinho pernah menempatinya.


Aksi gelandang Inter Milan, Joao Mario (atas), saat merebutkan bola dengan penyerang Juventus, Paulo Dybala, dalam laga Serie A di Giuseppe Meazza, 18 September 2016.(PIER MARCO TACCA/INTER VIA GETTY IMAGES)

 

Pada musim panas, sejumlah nama datang ke Inter. Gelandang Joao Mario dibeli dari Sporting dengan tebusan 40 juta euro.

Penyerang Gabriel Barbosa dari Santos dengan 29,5 juta. Antonio Candreva dari Lazio dengan 22 juta. Yang disebut menjanjikan justru bek kiri Cristian Ansaldi (Genoa; 6 juta) dan Ever Banega (Sevilla; gratis).

Hanya, semuanya ternyata belum mampu menaikkan performa Inter sehingga hanya bisa wira-wiri di papan tengah.

Saat ini, tifosi Inter masih melihat performa tim di era baru belum sebaik masa lalu. Inter mungkin melihat kelimbungan secara lebih jelas lagi di derbi pada Minggu (20/11). Gairah oriental di Milan boleh jadi lebih pekat.


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

TERPOPULER

Close Ads X