Geografis Jadi Kendala Perkembangan Sepak Bola NTT

By Kamis, 12 Januari 2017 | 05:07 WIB
Winger Bali United, Yabes Roni Malaifani (tengah) melakukan selebrasi seusai mencetak gol ke gawang Persija pada putaran pertama TSC 2016 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, 26 Agustus 2016.
Dok. PT GTS
Winger Bali United, Yabes Roni Malaifani (tengah) melakukan selebrasi seusai mencetak gol ke gawang Persija pada putaran pertama TSC 2016 di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, 26 Agustus 2016.

Kondisi geografis Indonesia, yang terdiri dari belasan ribu pulau, tentu merupakan kekayaan dan kebanggaan luar biasa. Namun, bicara sepak bola, hal ini kerap menjadi batu sandungan.

Penulis: Gonang Susatyo/Andrew Sihombing

Tidak sekali atau dua kali terdengar keluhan soal kesulitan melakukan pembinaan sepak bola akibat luasnya cakupan wilayah Tanah Air.

Bukan cuma di akar rumput atau level amatir, klub profesional juga mengalami kendala sejenis.

Klub-klub level teratas sepak bola Indonesia memerlukan belasan hingga puluhan miliar rupiah untuk satu musim kompetisi. Selain gaji pemain, porsi terbesar bujet tersebut tak lain ongkos transportasi.

Jauhnya perjalanan yang dilakoni kontestan kompetisi juga berpotensi menggerus kebugaran pemain.

Sebagai bayangan, pemain Perseru dan Persipura melahap perjalanan sekitar 99 ribu kilometer sepanjang turnamen Torabika Soccer Championship 2016.

Rentang jarak itu sendiri sudah lebih dari dua kali keliling bumi (keliling bumi = 44.075 km).

Optimistis

Tidak cuma bicara Indonesia secara keseluruhan, kondisi tersebut juga menjadi tantangan di beberapa provinsi. Salah satunya Nusa Tenggara Timur, yang juga terdiri dari banyak pulau.

Provinsi ini memiliki tiga pulau utama, yakni Pulau Timur Barat (tempat ibu kota Kupang), Pulau Flores, dan Pulau Sumba. Tak heran provinsi ini juga dikenal sebagai Bumi Flobamora (Flores, Sumba, Timor, ditambah Alor).

Transportasi dari satu pulau ke pulau lain mesti menggunakan pesawat, kapal, atau feri.

Tentulah butuh biaya yang tak sedikit bila hendak memberangkatkan sebuah tim sepak bola dalam kondisi seperti ini.

"Dana yang dibutuhkan sangat besar bila hendak mengikuti turnamen di pulau lain," ucap Antonius Kia, pelatih yang juga pengurus di Asosiasi Sepak Bola Kota Kupang.

Baca Juga:

"Karenanya, bila ada turnamen di Kupang misalnya, tidak semua klub dari seluruh NTT bisa ikut akibat ketiadaan anggaran. Dana memang menjadi problem besar bagi sepak bola NTT," katanya.

Dengan tantangan sebesar ini, misi melahirkan Yabes Roni Malaifani selanjutnya tentu tidak mudah.

"Tapi, kami selalu memberi motivasi dan memacu semangat anak-anak NTT. Salah satunya dengan sering menghadirkan Yabes bila ada turnamen sepak bola usia dini," kata Sekretaris Umum Asprov PSSI NTT, Lambertus Ara Tukan.

"Saya optimistis NTT pada akhirnya tidak hanya memiliki Yabes, tapi juga nama-nama lain. Masih banyak talenta muda yang akan muncul," tuturnya.

[video]http://video.kompas.com/e/5277757432001_v1_pjuara[/video]


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X