Susy Susanti Bicara Regenerasi Tunggal Putri Dunia Setelah Olimpiade

By Delia Mustikasari - Selasa, 31 Januari 2017 | 20:20 WIB
Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti, berpose di GOR PB Jaya Raya, Tangerang Selatan, 17 Desember 2016.
ERLY BAHTIAR/BOLA/JUARA.NET
Kabid Binpres PP PBSI Susy Susanti, berpose di GOR PB Jaya Raya, Tangerang Selatan, 17 Desember 2016.

Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (Kabid Binpres PP PBSI) Susy Susanti menilai seluruh negara fokus memperbaiki regenerasi pada setiap sektor pasca-Olimpiade Rio 2016.

"Setelah Olimpiade, banyak atlet elite pensiun. Karena itu, setiap negara merombak susunan pemain demi regenerasi," kata Susy kepada JUARA, Selasa (31/1/2017).

"Kami juga bertindak cepat dalam menyusun pemain yang masuk pelatnas, khususnya di tunggal putri. Saya lihat pembinaan sebelumnya agak lambat sehingga harus mulai diaktifkan lagi agar pemain muda siap menggantikan seniornya," tutur Susy.

Menurut Susy, mayoritas setiap negara tengah membentuk formasi pemain terbaik untuk masa mendatang sehingga menjadi kesempatan bagi pemain Indonesia untuk mengejar ketinggalan dalam persaingan bulu tangkis dunia.

"Setelah mindset diperbaiki, pemain juga perlu menambah pengalaman dengan mengikuti banyak turnamen," ujar Susy.

Susy mencontohkan, pebulu tangkis India, Pusarla Venkata Sindhu (21), yang usianya tidak jauh dari Hanna Ramadini dan kawan-kawan bisa meraih medali perak Olimpiade karena lebih kaya pengalaman.

"Hal ini membuat rasa percaya diri Sindhu meningkat yang ditunjang dengan kondisi fisik dan kemampuan teknik," ucap Susy.


Pelatih tunggal putri Indonesia, Sarwendah Kusumawardhani (tengah) berpose dengan pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Aurum Oktavia Winata, Gregoria Mariska, Gabriela Moningka, dan Desandha Vegarani yang akan tampil pada Kejuaraan Dunia Junior 2016 di Bilbao Arena, Selasa (8/11/2016).(BADMINTON INDONESIA)

Disinggung mengenai postur tubuh tunggal putri Indonesia yang kecil, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 ini mengatakan kondisi tersebut bisa diantisipasi lewat kekuatan fisik.

"Intinya adalah bagaimana menutupi kekurangan dengan cara meningkatkan kelincahan dan kekuatan seperti Akane Yamaguchi dan Nozomi Okuhara (Jepang) yang memiliki postur kecil," ujar Susy.


Editor : Delia Mustikasari
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X