Tidak Ada yang Salah dengan 4-2-3-1

By Jumat, 10 Maret 2017 | 10:04 WIB
Pemain Inter, Ivan Perisic dalam laga Serie A antara Inter Milan melawan AS Roma di Stadio Giuseppe Meazza, 26 Februari 2017.
EMILIO ANDREOLI/GETTY IMAGES
Pemain Inter, Ivan Perisic dalam laga Serie A antara Inter Milan melawan AS Roma di Stadio Giuseppe Meazza, 26 Februari 2017.

Pelatih Inter Milan, Stefano Pioli, belakangan meninggalkan pola 4-2-3-1 dan mencoba formasi 3-4-2-1. Modul anyar itu baru diterapkan di tiga partai Serie A. Akan tetapi, segera saja dibanjiri komentar miring berhubung Inter bukannya semakin membaik, malah susah menang.

Penulis: Theresia Simanjuntak

Pioli menggunakan taktik tersebut untuk pertama kalinya dalam gim kekalahan 0-1 atas Juventus (15/2/2017). Dia memilih menerapkan penggunaan tiga bek tengah guna mengantisipasi kehilangan Cristian Ansaldi yang harus absen gara-gara kartu merah kontra Palermo (22/1).

Inter kembali memakai 3-4-2-1 saat bersua Empoli (12/2/2017) dan AS Roma (26/2). Si Biru- Hitam sempat kembali ke 4-2-3-1 yang membuahkan kemenangan 1-0 melawan Bologna (19/2/2017).

Mungkin penilaian yang terlalu cepat, tapi publik beranggapan pola baru Inter gagal total berhubung dari tiga gim liga tersebut, dua berujung pada kekalahan.

Ada sedikit suara yang membela, menitikberatkan pada fakta bahwa dua hasil negatif dari penggunaan 3-4-2-1 adalah atas para penghuni tiga besar klasemen saat ini: Juve dan Roma.

Kelemahan lain pun muncul. Pola 3-4-2-1 bukan hanya bikin Inter susah menang, tapi juga sulit mencetak gol.

Bermain dengan skema tersebut, Inter hanya berhasil mengemas tiga gol alias rataan satu gol per gim.

Lagipula, tidak ada kesalahan fatal dari taktik lama Inter. Mauro Icardi dkk. hanya menelan dua kekalahan dalam 15 kesempatan menerapkan 4-2-3-1 di Serie A 2016-2017.

Terbukti, Inter menang telak 5-1 atas Cagliari (5/3/2017). Mereka kembali bermain dengan 4-2-3-1.

Sesuai Talenta

Alasan lain mengapa 4-2-3- 1 lebih cocok daripada 3-4- 2-1 adalah faktor talenta pemain. Inter tidak memiliki banyak pemain di posisi bek sayap, peran yang amat krusial di taktik tiga bek.

Akibatnya, wing-back tampak lemah. Ambil contoh bek sayap kiri. Pioli memercayakan peran ini kepada Danilo D’Ambrosio.

D’Ambrosio tak mengecewakan. Akan tetapi, pemain berusia 28 tahun itu tanpa ban serep yang sepadan.

Pioli sempat memaksakan gelandang serang Ivan Perisic di posisi tersebut ketika melawan Roma. Hasilnya, pemain asal Kroasia itu kewalahan, terutama saat harus bertahan.

Menempatkan pemain tidak sesuai talentanya sangat minim terjadi di 4-2-3-1. Hal ini seharusnya menjadi pertimbangan Pioli sehingga ia mau kembali percaya pada strategi tersebut di sisa musim ini.


(ANDREAS JOEVI/JUARA.NET)


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Tabloid BOLA No.2.748


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X