Memotret Potensi Kejutan Hoffenheim di Panggung Bundesliga

By Senin, 13 Maret 2017 | 10:46 WIB
Pelatih Hoffenheim, Julian Nagelsmann, memberikan arahan kepada timnya saat menghadapi Borussia Moenchengladbach dalam laga lanjutan Bundesliga 2016-2017 di Moenchengladbach, pada 26 November 2016.
JONAS GUETTLER/AFP
Pelatih Hoffenheim, Julian Nagelsmann, memberikan arahan kepada timnya saat menghadapi Borussia Moenchengladbach dalam laga lanjutan Bundesliga 2016-2017 di Moenchengladbach, pada 26 November 2016.

Hoffenheim tampil sebagai warna menarik Bundesliga tepat pada musim perdana mereka, 2008-2009. Delapan tahun kemudian, mereka bersiap mencetak sejarah pribadi.

Penulis: Christian Gunawan

Sampai pekan ke-23, Hoffenheim berada di posisi keempat, yang bila sampai akhir musim berarti tampil di play-off Liga Champions. Borussia Dortmund, tepat di atas Hoffenheim, surplus dua poin saja.

Kejutan bukan kali ini saja dihasilkan Hoffenheim.

Pada musim perdana, klub Baden-Wuerttemberg ini segera menyita perhatian. Hoffenheim memuncaki klasemen paruh musim.

Namun, usai menjadi Herbstmeister alias juara musim dingin itu, performa klub kecil tersebut merosot, terutama karena cedera striker andalan, Vedad Ibisevic.

Pada akhir musim, mereka hanya finis di peringkat ketujuh.

Keajaiban itu tak terulang pada musim-musim berikut. Di tiga musim selanjutnya, Hoffenheim selalu berakhir di posisi ke-11.

Pada 2012-2013, mereka nyaris mengalami petaka. Finis di peringkat ke-16, play-off promosi/degradasi mesti dilakoni.

Hoffenheim bisa melewatinya dengan dua kemenangan atas Kaiserslautern saat itu.

Dua musim berikut, klub berjulukan Die Kraichgauer (Tim Wilayah Kraichgau) itu bisa berada di paruh atas klasemen, masing-masing di posisi kesembilan dan kedelapan.

Akan tetapi, Hoffenheim nyaris terancam turun divisi lagi musim lalu dengan berada di peringkat ke- 15 klasemen akhir.

Julian Nagelsmann, pelatih tim U-19 yang dipromosikan untuk menggantikan Huub Stevens pada Februari 2016, berhasil menyelamatkan klub itu.

Pelatih yang baru berusia 29 tahun itu melakukannya secara luar biasa. Nagelsmann membuat perombakan.

Bek tengah Kevin Volland dilepas ke Bayer Leverkusen dengan transfer 20 juta euro. Sayap kanan Eduardo Vargas dilego ke Tigres, Jonathan Schmid ke Augsburg.

Masuklah beberapa nama yang segera masuk tim inti Julian Nagelsmann di tim U-19.

Striker Andrej Kramaric digaet dari Leicester dengan transfer 10 juta euro. Sandro Wagner, striker, dibeli murah (2,8 juta) dari Darmstadt.

Begitu juga dua bek tengah, Kevin Vogt (dari Koeln, 3 juta) dan Benjamin Huebner (dari Ingolstadt, 800 ribu), serta gelandang serang Kerem Demirbay (Hamburg, 1,7 juta).

Nama-nama itu, bersama andalan musim sebelumnya seperti bek tengah Niklas Suele, gelandang kiri Marco Terrazzino, dan gelandang bertahan Sebastian Rudy, menampilkan Hoffenheim yang tangguh.

Hoffenheim tak terkalahkan sampai 21 Januari lalu.

Dengan hanya dua kekalahan (di kandang Leipzig dan Wolfsburg), tim wilayah Kraichgau berkesempatan besar mencapai posisi finis tertinggi hingga tampil di Liga Champions.

“Kami baru kalah dua kali. Jadi, musim ini berlangsung baik bagi tim. Permainan kami setingkat dengan tim-tim terbaik di liga karena memiliki pemain hebat di semua lini. Kami tampil habis-habisan sehingga bisa mengalahkan siapa pun,” ucap Suele di situs Bundesliga.

Selain mesti beradaptasi dengan kompetisi antarklub Eropa, bila lolos, Nagelsmann harus mencari pengganti sepadan untuk Suele dan Rudy, yang akan pindah ke Bayern Muenchen pada akhir musim.

Apapun itu, Hoffenheim tengah menikmati musim kejutan luar biasa mereka.

Namun, Hoffenheim akan selalu dianggap sebagai klub yang mendapatkan otot finansial secara tidak adil dari Dietmar Hopp. Terutama oleh klub-klub lama alias tradisional.

Nama yang disebut terakhir adalah eks pemain tim junior klub tersebut yang kemudian menjadi pengusaha sukses bisnis teknologi informasi dengan perusahaan perangkat lunak manajemen operasional bisnis, SAP.

Situasi serupa kini dialami Red Bull Leipzig, yang disokong dana dari perusahaan minuman energi.

Hoffenheim, yang disuntik dana Hopp sejak 2000, dibangun di kota yang berpenduduk sekitar 3 ribu jiwa saja.

Stadion Wirol Rhein- Neckar-Arena, yang berkapasitas 30.150 penonton, hampir selalu menampilkan kursi-kursi kosong.

Terakhir, saat si empunya menang 5-2 atas Ingolstadt pada Minggu (5/3), stadion itu hanya terisi 23.028 pasang mata.

“Sebagai pelatih, saya mesti merenungkan keadaan itu selama beberapa menit. Saya sebenarnya kurang mengerti. Kami hanya kalah sekali dalam 19 laga kandang selama saya melatih. Sejujurnya, hal ini mengecewakan,” ucap Nagelsmann dikutip Sport Bild.

Selama berpekan-pekan, sang pelatih menyoroti pendukung.

“Saya pikir, harga tiket kami relatif normal. Wilayah ini juga cukup kuat secara struktural. Entah kenapa penonton sulit terjaring,” kata Nagelsmann.

Musim ini, baru sekali semua tiket ludes terjual, yakni saat Hoffenheim menjamu Dortmund pada medio Desember, yang berakhir 2-2.

Kesempatan itu bisa terulang pada 4 April nanti, ketika Hoffenheim disambangi Bayern Muenchen.

Kemungkinan itu tak membuat Nagelsmann senang. “Mereka datang karena Bayern,” ujarnya.

Mungkin raihan gelar yang akan menaikkan harkat Hoffenheim sejajar klub-klub besar tradisional.


Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : Tabloid BOLA No. 2.749


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X