Level Simeone, Menjauhkan Diri dari Trauma El Pupas

By Kamis, 6 April 2017 | 06:34 WIB
Reaksi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, dalam laga pertama babak 16 besar Liga Champions di kandang Bayer Leverkusen, 21 Februari 2017.
FEDERICO GAMBARINI/DPA/AFP
Reaksi pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, dalam laga pertama babak 16 besar Liga Champions di kandang Bayer Leverkusen, 21 Februari 2017.

Diego Simeone konon memiliki kebiasaan unik. Setengah jam sebelum sepak mula duel Atletico Madrid digelar, saat anak asuhnya turun lapangan melakukan sesi pemanasan, Simeone duduk di pojok ruang ganti, menelepon rumah.

Penulis: Rizki Indra Sofa

Dia tiga kali menelepon, masing-masing satu kali buat ketiga anaknya. Cuma sebentar, hanya beberapa menit, tetapi ritual itu yang membuatnya mengaku tetap merasa sebagai orang normal.

"Meski hanya empat atau lima menit, saya tetap pria normal," kata pria Argentina itu. Kelar menelepon, ia akan keluar dari luar ruang ganti, menuju tepi lapangan dan balik menjadi Simeone si pemikir ulung dan pelatih Atletico Madrid.

Kalau tidak sedang jadi 'orang normal', kharismanya luar biasa baik itu di dalam maupun luar lapangan, baik itu sebagai pemain, kapten, apalagi sekarang seorang arsitek tim.

Simeone seperti pemimpin spiritual yang segala ucapannya tak cuma didengarkan, tapi dilakukan tanpa bantahan oleh para pengikut dalam hal ini anak asuhnya.

Saat didaulat sebagai bos anyar Los Colchoneros dua hari sebelum Natal 2011, Atletico dalam kondisi darurat. Mereka sudah sembilan kali berganti pelatih dalam delapan tahun.

Baca Juga:

Atleti seperti menegaskan stigma el pupas alias terkutuk yang telah melekat selama beberapa dekade.

El pupas adalah julukan yang sebetulnya dimunculkan oleh eks presiden mereka, Vicente Calderon, setelah partai fi nal Piala Champion 1974 melawan Bayern Muenchen.

Atletico kebobolan lewat gol unik tembakan jarak jauh Hans-Georg Schwarzenbeck pada menit ke-120 alias sekitar 42 detik sebelum duel usai!

Gol itu bikin skor menjadi sama kuat 1-1. Partai fi nal ulangan pun digelar dua hari kemudian, Atletico kalah telak 0-4.

Inferioritas Derbi

El pupas, terkutuk, begitu sang eks presidente mengutarakan rasa kekecewaannya. Di era belakangan, alias itu menjadi kental kaitannya dengan ketidakmampuan Atletico menjadi rival sepadan buat tim satu kota, Real Madrid.

Derbi adalah kata-kata tabu buat Atletico. Terhitung sejak 30 Oktober 1999, selama 14 tahun berselang, melewati 25 partai derbi ibu kota, Atletico tak pernah menang dengan 10 pertandingan terakhir berujung kekalahan!

Simeone masih menjadi bagian dari sejarah buruk derbi itu. Tiga derbi pertamanya terasa pahit. Ia kalah 1-4, 0-2, dan 1-2. Toh tren sudah terlihat.

Perlawanan mulai kental, hingga akhirnya momen buat menghapus el pupas muncul di final Copa del Rey edisi 2012/13 di Santiago Bernabeu.

Atletico mengalahkan Madrid 2-1 di rumahnya. Dunia terbalik. Los Colchoneros tidak lagi inferior di derbi, malah superior.


Editor : Firzie A. Idris
Sumber : Tabloid BOLA No.2.756


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X