Muhammad Agung Didu, Dai Cilik di Mimbar Balap Nasional

By Segaf Abdullah - Senin, 17 April 2017 | 11:59 WIB
Pebalap asal tim Sidrap Honda Daya Kyt Nissin IRC Trijaya, Agung Didu, berpose dengan membawa Al-Quran yang biasa dia baca sebelum memulai balapan. Agung dua kali naik podium peringkat ketiga pada seri pembuka HDC 2017 di Sirkuit non-permanen Brigif 15 Kujang II Cimahi, Jawa Barat, Minggu (16/4/2017).
SEGAF ABDULLAH/JUARA.NET
Pebalap asal tim Sidrap Honda Daya Kyt Nissin IRC Trijaya, Agung Didu, berpose dengan membawa Al-Quran yang biasa dia baca sebelum memulai balapan. Agung dua kali naik podium peringkat ketiga pada seri pembuka HDC 2017 di Sirkuit non-permanen Brigif 15 Kujang II Cimahi, Jawa Barat, Minggu (16/4/2017).

"Saya setiap hari baca tiga juz. Hal itu juga yang membuat saya tenang saat balapan," kata pemilik nomor motor 152 tersebut.

Agung menambahkan, menjadi pebalap buatnya adalah pekerjaan sampingan. Menurut dia, yang utama adalah bagaimana spirit agamis dapat diejawantahkan dalam dunia balap.

Agung juga sadar bahwa usianya masih cukup muda untuk berbicara menyoal agama. Maka, dia enggan penyampaian yang dilakukannya tersebut terasa seperti menggurui.

Ustaz dan pebalap

Setiap menjelang balapan, Agung tidak pernah lupa dengan pesan yang diberikan ustaznya di Makassar.

"Sebelum balap, saya selalu baca surat Ali Imran ayat 160. Selama balap, saya tidak berhenti berdzikir dalam hati," ujar Agung, setelah membacakan bunyi ayat tersebut.

Saat ditanyakan mengenai cita-cita, Agung dengan lemah lembut menjawab ingin berprestasi sebagai pebalap sekaligus dikenal sebagai tokoh agama.

"Insya Allah saya bisa lebih dahulu menjadi pebalap berkelas Asia. Saya juga ingin menjadi seorang ustaz," tutur pebalap yang identik dengan kopiah ini.

Naik podium

Pada seri pembuka Honda Dream Cup (HDC) 2017 di Sirkuit non-permanen Brigif 15 Kujang II Cimahi, Jawa Barat, Minggu (16/4/2017), Agung turun di dua balap kelas Bebek 150cc Tune Up Pemula.

Sujud syukur Agung pun terlihat saat pebalap ramah ini sukses menaiki podium peringkat ketiga dalam dua balapan tersebut.

Jika pondok pesantren identik dengan 'bengkel' anak nakal, Agung membuktikan bahwa anggapan tersebut tidak melulu benar.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X