Asnawi Mangkualam, Satu Lagi dari Tanah Makassar

By Sabtu, 20 Mei 2017 | 23:30 WIB
Aksi gelandang PSM Makassar, Asnawi Mangkualam Bahar, pada sesi seleksi tahap ketiga Indonesia di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH), Karawaci, Tangerang, Banten, Kamis (9/3/2017) pagi WIB.
HERKA YANIS PANGARIBOWO/BOLA/JUARA.NET
Aksi gelandang PSM Makassar, Asnawi Mangkualam Bahar, pada sesi seleksi tahap ketiga Indonesia di Lapangan Sekolah Pelita Harapan (SPH), Karawaci, Tangerang, Banten, Kamis (9/3/2017) pagi WIB.

Di balik keras serta lugasnya orang Makassar, tersimpan sikap menjunjung tinggi kehormatan, kesetiakawanan, serta sangat menghargai orang lain.

Penulis: CW-1/Andrew Sihombing

Setidaknya demikian yang dijelaskan Andi Mattulada dalam buku Persepsi Orang Bugis, Makassar tentang Hukum, Negara, dan Dunia Luar (1983).

Karakter itu pula yang dibawa orang Makassar saat menjadi pesepak bola. Pemain-pemain seperti Rasyid Dahlan, Ronny Pattinasarani, Marwal Iskandar, Irsyad Aras, Syamsul Chaeruddin, Asri Akbar, hingga Rasyid Bakri dikenal punya karakter ngotot, keras, lugas, dan tak kenal lelah.

Demikian pula Asnawi Mangkualam, talenta terbaru dari tanah Makassar. Aksi sang gelandang bertahan menegaskan bahwa ia mewarisi karakter yang dimiliki para pendahulunya itu.

Fakta bahwa ia masuk tim utama Juku Eja di Liga 1 rasanya sahih menggambarkan kualitas anak kedua dari tiga bersaudara ini.

“Saya kembali ke PSM karena punya keinginan untuk membawa PSM seperti dulu, seperti zaman Bapak saat PSM berhasil menjadi juara."

Gelandang PSM Makassar, Asnawi Mangkualam Bahar

Memang, ia mungkin terbantu regulasi kompetisi yang mewajibkan setiap tim menurunkan tiga pemain muda. Hanya, Nawi tetap kasus istimewa mengingat usianya saat ini belum 18 tahun.

Melebihi Bapak

Nawi mulai bermain sepak bola di SSB Hasanuddin di daerah Antang, Kota Makassar, pada 2007. Ia pun sempat berseragam Perseka Bosowa sebelum kemudian dipanggil ke Diklat Persib pada 2015.

Jaino Matos adalah pelatih Diklat Persib ketika itu. Sang pelatih mengajak Nawi bergabung setelah melihat aksinya memperkuat Indonesia U-16 di Piala AFF 2013. Nawi cuma bertahan dua pekan di sana. "Saya waktu itu belum siap jauh dari keluarga," katanya.

Namun, garis nasib sepertinya memang mengharuskan Nawi untuk merantau di usia muda. Sesudah memperkuat Indonesia U-19 asuhan Eduard Tjong di Piala AFF tahun lalu, lelaki bertinggi 171 cm ini direkrut oleh Jaino untuk memperkuat Persiba Balikpapan.

Panggilan ini datang saat Nawi memperkuat Sulawesi Selatan di PON 2016. Bersama pemain seperti Nurhidayat dan Abdul Azis, Sulsel ketika itu membuat kejutan dengan lolos ke final kendati harus kalah adu penalti dari tuan rumah Jawa Barat.

 

Nawi pun menyambut tawaran itu setelah berdiskusi dengan orang tuanya. Keputusan ini tepat. Pengidola Ponaryo Astaman itu menjadi salah satu pilar utama lini tengah Beruang Madu di putaran kedua turnamen TSC 2016.

Di klub itu pula ia mencetak sejarah. Saat menghadapi Bali United, ia menjadi pencetak gol termuda turnamen saat masih berumur 17 tahun 5 hari.

Hanya setengah musim bersama Persiba, panggilan yang ditunggu-tunggu dari PSM pun menyapanya. Tak ada keraguan di hati Nawi saat mengiyakan pinangan Juku Eja.

Nawi beralasan kepulangannya ke PSM karena tekad melebihi sang ayah, Bahar Muharram. Bahar sendiri merupakan bek kanan yang membawa PSM Ujung Pandang menjadi juara Perserikatan 1991-1992.

“Saya kembali ke PSM karena punya keinginan untuk membawa PSM seperti dulu, seperti zaman Bapak saat PSM berhasil menjadi juara," ucap Nawi.

"Saya juga ingin bisa membawa tim ini menjadi tim yang terkenal kuat dan susah dikalahkan. Biar semua orang tahu bahwa PSM bukan tim sembarangan, ” tuturnya.

Di PSM, Nawi punya cara sendiri demi menghapus tudingan nepotisme. Isu ini bisa jadi muncul karena sang ayah tak lain asisten pelatih di PSM.

“Saya berlatih lebih giat lagi, lebih berat lagi supaya orang tidak berpikir kalau saya masuk tim karena bapak. Saya profesional dengan bapak," kata Nawi.

Baca Juga:

"Kalau di lapangan sebagai pemain dan pelatih, kalau di luar lapangan sebagai orang tua dan anak. Saya juga sudah biasa dimarahi oleh bapak di lapangan, sama seperti pemain yang lain," ucapnya.

Menariknya, hal ini rupanya sudah diantisipasi sejak awal oleh sang ayah. Seperti sudah yakin anaknya akan menjadi pesepak bola besar kelak, Bahar menamai anaknya dengan nama belakang “Mangkualam”.

“Nama belakang dia itu Mangkualam. Awalnya saya tidak ingin orang-orang tahu bahwa dia itu anak Bahar Muharram. Karena yang saya takuti nanti ketika dia main di PSM dituding karena faktor bapaknya ada di situ,” ujar Bahar.

Nawi telah meretas jalan yang tepat untuk kariernya. Hanya, sebagaimana disebut pelatih Robert Rene Alberts, masa depan anak muda ini hanya akan gemilang bila ada syarat yang sudah dipenuhi lebih dulu.

"Asnawi merupakan salah satu pemain muda PSM yang punya potensi. Tapi, mereka harus dirawat dengan benar. Mereka punya masa depan di sepak bola Indonesia bila ditangani dan dirawat dengan benar," kata Robert.


Editor : Estu Santoso
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

TERPOPULER

Close Ads X