Indonesia U-20 di Piala Dunia 1979, Ketiban Durian Runtuh

By Segaf Abdullah - Sabtu, 27 Mei 2017 | 04:45 WIB
Sebelum berlaga pada Piala Dunia U-20 di Tokyo Jepang, ofisial dan para pemain Indonesia U-20 dilepas Wakil Presiden Adam Malik di Istana Wakil Presiden, Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat pada 21 Agustus 1979. Dalam pelepasan tersebut hadir pula Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin, dan Chef de Mission PSSI, Maulwi Saelan.
DOK. KOMPAS
Sebelum berlaga pada Piala Dunia U-20 di Tokyo Jepang, ofisial dan para pemain Indonesia U-20 dilepas Wakil Presiden Adam Malik di Istana Wakil Presiden, Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat pada 21 Agustus 1979. Dalam pelepasan tersebut hadir pula Ketua Umum PSSI, Ali Sadikin, dan Chef de Mission PSSI, Maulwi Saelan.

Peribahasa 'bagai mendapatkan durian runtuh' agaknya pas disematkan untuk Indonesia U-20 saat mencicipi Piala Dunia U-20 1979 di Tokyo, Jepang. Alasan politis membuat Bambang Nurdiansyah cs akhirnya lolos ke putaran final turnamen yang digelar 25 Agustus-7 September 1979 silam tersebut.

Sebelumnya, dua tiket menuju Piala Dunia U-20 1979 diperebutkan tim-tim asal Asia pada ajang Piala Asia Junior 1978.

Selain tuan rumah Jepang yang lolos otomatis, dua jatah negara Asia diberikan kepada juara dan runner-up Piala Asia Junior 1978. Korea Selatan (korsel) tampil sebagai juara dan Irak di peringkat kedua.

Indonesia memang tersingkir sejak perempat final, namun nasib mujur skuat Garuda Muda sedang berjalan. Irak mengundurkan diri.

Slot kosong diberikan kepada Korea Utara yang menghuni peringkat ketiga. Namun, mereka juga menolak.

Bukan tanpa alasan kedua negara tersebut menarik diri dari putaran final Piala Dunia U-20 1979. Sponsor utama turnamen, Coca Cola, yang merupakan produk Amerika Serikat menjadi penyebab.

Baca Juga:

Selain Irak dan Korea Utara, negara Timur Tengah lain yang menjadi perempat finalis dan notabene anti-AS, pun melakukan aksi boikot. Tersisa Indonesia.

Walhasil, FIFA dan AFC memutuskan bahwa Indonesia yang kemudian menemani Korsel sebagai wakil Asia. Sementara Jepang ikut serta karena bertindak sebagai tuan rumah.

Dibobol Maradona

Hasil undian menempatkan Indonesia di Grup B bersama Argentina, Polandia, dan Yugoslavia.

Tergabung dalam grup neraka, tim asuhan Sutjipto Suntoro tersebut langsung bersua tim favorit juara, Argentina, yang diperkuat calon legendanya, Diego Armando Maradona.

Menghadapi Argentina di Stadion Omiya, 26 Agustus 1979, Indonesia kalah telak 0-5. Kelima gol tercipta pada paruh pertama. Dua gol diborong Maradona. Sementara hat-trick Ramon Diaz melengkapi pesta Argentina.

"Biar kalah, saya tetap senang. Mereka bermain dengan semangat tinggi," ucap pelatih Sutjipto Suntoro.

"Saya minta untuk bertahan total (dengan skema 5-4-1) untuk meminimalkan kemasukan gol. Tetapi, instruksi tersebut tidak dilakukan. Para pemain justru terbawa oleh pola permainan lawan yang memang kelasnya di atas kami," tutur mantan kapten timnas era 60-an itu.

Apes

Melawan Polandia pada laga kedua, Sutjipto menginstruksikan timnya untuk bermain menyerang sejak awal laga. Hal itu dilakukannya setelah meminta saran dari pelatih Argentina, Cesar Menotti.

Apes, formasi 4-3-3 yang diterapkan Sutjipto justru menjadi bumerang. Skuat asuahnnya dibobol enam gol tanpa balas oleh sang lawan.

Pada laga pamungkas fase grup, Indonesia kembali menjadi bulan-bulanan. Kali ini giliran Yugoslavia dengan gelontoran lima golnya.

Susul Myanmar dan Vietnam

Selepas plot menarik kelolosan Indonesia ke Piala Dunia U-20 1979 tersebut, praktis tidak terdengar lagi kiprah skuat Garuda pada ajang bertaraf dunia.

Kini, Piala Dunia U-20 2017 tengah berlangsung Korea Selatan hingga 11 Juni mendatang. Ada wakil Asia Tenggara di sana, Vietnam. Dua tahun lalu, ada Myanmar.

Edisi 2019? Harapan layak disematkan di pundak Indra Sjafri dan Fakhri Husaini. Di luar sisi teknis, semoga semesta (kembali) mendukung.

Berikut ini adalah skuat Indonesia pada Piala Dunia U-20 1979:

Kiper: Endang Tirtana (Warna Agung), Fachrizal (Perkesa 78)

Belakang: Tommy Herru Latuperissa (PSMS Medan), Eddy Sudarnoto (Jayakarta), Imam Murtanto (Tidar Sakti), Didik Darmadi (Persis Solo), Nus Lengkoan (Indonesia Muda)

Gelandang: Memed Permadi (Jayakarta), Budhi Tanoto (Tunas Jaya), Arief Hidayat (Jayakarta), Subangkit (Jaka Utama), Mundari Karya (Jaka Utama)

Depan: Pepen Rubianto (Buana Putra), Bambang Nurdiansyah (Arseto), Bambang Irianto (Jayakarta), Syamsul Surjono (Indonesia Muda), David Sulaksmono (Jayakarta), Bambang Sunarto (Jaka Utama)


Editor : Beri Bagja
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X