Cerita Pesepak Bola Indonesia tentang Puasa di Belanda dan Spanyol

By Anju Christian Silaban - Jumat, 9 Juni 2017 | 11:45 WIB
Penyerang Indonesia kelahiran Solo, Yussa Nugraha (kiri), membela tim yunior SC Feyenoord.
ISTIMEWA
Penyerang Indonesia kelahiran Solo, Yussa Nugraha (kiri), membela tim yunior SC Feyenoord.

 Menjalani ibadah puasa di luar negeri tidaklah mudah buat orang Indonesia karena durasinya tergolong panjang. Hal itu diakui oleh dua pesepak bola remaja Tanah Air, Yussa Nugraha dan Aditya Affasha.

Yussa merupakan bocah Indonesia yang tengah menjalani trial bersama SC Feyenoord - klub amatir cabang Feyenoord Rotterdam.

Dengan menetap di Belanda, Yussa harus menjalani puasa dengan durasi kurang lebih 19 jam. Namun, dia tetap berusaha menjaga ibadahnya.

Tidaklah mudah karena remaja asal Solo itu masih harus menjalani aktivitas latihan bersama SC Feyenoord dan sekolah.

"Puasa di Belanda lebih berat daripada di Indonesia. Di sini, kami berbuka puasa pukul 09.55 malam dan imsak pukul 03.15 subuh," tutur Yussa kepada Kompas.com.

Demi mengentalkan suasana ala Indonesia, Yussa juga kerap mengonsumsi kolak buah dan kelapa muda sebagai menu takjil.

"Biasanya, mama membuatnya untuk berbuka puasa di rumah," kata sosok berusia 16 tahun itu.

Baca juga: Lihatlah Gocekan Memukau Anak Cristiano Ronaldo Saat Final Liga Champions

 

Our new jersey!????

A post shared by AdityaAffasha (@affashasr) on Sep 21, 2016 at 11:00pm PDT

Seperti halnya Yussa, Aditya Affasha yang mengikuti program Real Valladolid Foundation International, juga tetap menjalani ibadah puasa di Spanyol.

Di Negeri Matador, anak dari Deputi Sekjen PSSI, Fanny Iriawan, itu harus menjalani puasa sekitar 17,5 jam.

Mengingat durasi, Aditya mengakui bahwa puasa di Spanyol merupakan tantangan berat. Namun, dia tetap memetik positif dari ibadahnya.

"Sudah menjadi kewajiban saya. Kalau berpuasa, saya bisa meningkatkan kondisi fisik sedikit demi sedikit pada sesi latihan," ucap penggemar Real Madrid tersebut.

Adapun untuk menu sahur, Aditya memilih yoghurt, susu, dan sereal karena kesulitan menemukan menu Indonesia.

"Karena berbuka pukul 10.00 malam, saya langsung tidur. Lalu, saya menyantap sahur saat bangun," kata Aditya.

Ibadah Aditya juga terbantu karena ada beberapa anak Indonesia lain di klubnya. Ada pula pemain Israel beragama Islam.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X