Jerman Bukan Penganut Sistem Kebut Semalam

By Lariza Oky Adisty - Selasa, 4 Juli 2017 | 12:45 WIB
Para pemain timnas Jerman merayakan kesuksesan menjuarai Piala Konfederasi 2017 seusai menaklukkan Cile pada final di Saint Petersburg, Rusia, 2 Juli 2017.
BUDA MENDES/GETTY IMAGES
Para pemain timnas Jerman merayakan kesuksesan menjuarai Piala Konfederasi 2017 seusai menaklukkan Cile pada final di Saint Petersburg, Rusia, 2 Juli 2017.

Pembenahan Jerman bukan cuma di sektor pemain. Negara ini juga berinvestasi di pengembangan pelatih.

Artikel dari The Guardian menyebutkan bahwa pada 2013 Jerman punya 28.400 pelatih berlisensi B, 5.500 lisensi A, dan 1.070 lisensi Pro (lisensi tertinggi).

Bandingkan dengan saingan mereka, Inggris, yang hanya punya masing-masing 1.759, 895, dan 115 di jenjang yang sama. Karena itu, bukan hal mengherankan kalau Jerman punya banyak pelatih bagus yang masih muda.


Pemain timnas Jerman merayakan kesuksesan menjuarai Piala Konfederasi 2017 seusai menekuk Cile dalam laga final di Krestovsky Stadium, Saint Petersburg, Rusia, 2 Juli 2017.(FRANCK FIFE / AFP)

Misalnya saja Juergen Klopp (pelatih Liverpool), Marcus Weinzierl (eks pelatih Schalke 04), Thomas Tuchel (eks pelatih Borussia Dortmund), dan tentu saja Julian Nagelsmann, juru taktik termuda Liga Jerman yang menjadi pelatih TSG Hoffenheim di usia 28 tahun.

Akan sangat keliru kalau tidak menempatkan Jerman sebagai salah satu unggulan di Piala Dunia 2018 dengan materi pemain yang ada.

Menarik juga menantikan para pemain "senior" kembali ke tim nasional dan Loew memecahkan Luxusproblem (masalah karena terlalu banyak opsi pemain) yang dia punya.

Betul, Jerman belum lolos kualifikasi dan segalanya masih bisa terjadi sampai Piala Dunia 2018 tahun depan. Benar, skuat mewah dan status unggulan belum tentu jadi jaminan mereka bisa menang.

Namun, apapun hasilnya di Piala Dunia 2018 nanti, Jerman tidak perlu khawatir. Mereka masih punya sangat banyak opsi pemain untuk mengejar trofi-trofi selanjutnya.

Apakah negara lain bisa punya privilese yang sama dengan Jerman? Indonesia, misalnya? Bisa saja. Pertanyaannya cuma dua. Satu, sudah siap kerja keras? Dua, mau sabar atau tidak?

 


Editor : Beri Bagja
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X