Bakori Andreas tak bisa menyembunyikan rasa bangganya di sesi foto tim saat membela Dok Jreng FC sebelum melawan klub lokal di lapangan Desa Pakisaji, Kabupaten Malang, sehari sebelum hari raya Idul Fitri 2017.
Penulis: Ovan Setiawan/Suci Rahayu
Betapa tidak? Pemain Persis Solo itu berada di tengah-tengah pemain asal Malang yang berkiprah di pentas nasional. Tidak berlebihan jika Dok Jreng FC disebut sebagai miniatur "timnas Arek Malang".
Di tim itu bercokol nama-nama pemain asli Malang level nasional. Sebut saja kapten tim Arema FC Johan Ahmad Farisi, Arif Suyono, Ahmad Bustomi, Beni Wahyudi, serta dua pemain Arema FC yang tengah naik daun: Andrianto dan Dedik Setiawan.
Tak hanya penggawa Arema FC, pemain asal Malang yang merantau ke klub lain juga ikut andil di tim yang identik dengan warna kebesaran merah muda tersebut.
Mereka di antaranya adalah Juan Revi (Persela Lamongan), Moniaga Bagus (Mitra Kukar), Ikfanul Alam (Bhayangkara FC), Ilam Irhas (Persiba Balikpapan), Sukasto Efendi (Perseru Serui), hingga mantan kiper gaek Persiba, Yanuar Tri Firmanda.
Banyak pemain Liga 2 juga ikut bergabung. Selain Bakori juga ada nama-nama yang cukup dikenal, mereka di antaranya adalah Didik Aryanto, Gedong Tangguh Pambudi, dan Agus Wahedi (Perssu Sumenep), Hermawan (Persekam Metro FC), Galih Firmansyah (Timah Bangka Belitung), dan banyak lagi pemain-pemain asal Malang yang ikut andil di tim ini.
“Ya, tentu sangat senang bisa berkumpul dengan sesama pemain asal Malang. Ada kebanggaan tersendiri yang dirasakan. Ternyata arek-arek Malang itu banyak yang berkiprah menjadi pemain sepak bola,” tutur Bakori, yang pernah membela PSIS Semarang ini.
Tujuan dibentuknya Dok Jreng FC tak lain sebagai sarana silaturahmi di antara pemain-pemain asli Malang. Hal ini membawa keakraban tersendiri, bahkan ikatan emosional, termasuk saat mereka bertemu di luar kota.
Bakat-bakat sepak bola Malang memang banyak yang berasal dari pelosok. Hal itu tidak lepas dari banyaknya lapangan di desa-desa. Bahkan banyak pesepak bola yang memilih menimba ilmu di Malang karena ingin merasakan atmosfer persaingan yang memberikan tantangan tersendiri untuk berkembang.
Dok Jreng FC, meski terkesan remeh, bisa saja menjadi simbol kesuksesan pemain sepak bola asal Malang yang berlaga di pentas nasional.
Patungan
Di lain sisi, Dok Jreng FC juga menghubungkan ikatan generasi ke generasi pemain asal Malang.
“Karena memang tujuannya adalah silaturahmi, kami tidak membeda-bedakan atau merasa dibedakan di sini. Semua adalah sama anggota keluarga besar pemain asal Malang,” kata Beni.
Dedik dan Andrianto merupakan pemain yang baru bergabung dengan Dok Jreng FC. Menurut mereka, hal itu merupakan kebanggaan tersendiri.
“Ada banyak cara untuk membawa harum nama Malang, salah satunya adalah lewat sepak bola. Saya juga belajar dari senior-senior sesama pemain asli Malang. Tentu dengan berbagi pengalaman akan banyak menambah pengetahuan kita,” tutur Andrianto.
Senada dengan Andrianto, Dedik merasakan bahwa sepak bola sebenarnya merupakan alat untuk silaturahmi dan saling mengenal satu sama lain.
“Selain di lapangan, setiap tahun pasti kami menggilir tempat berkumpulnya."
Kiper Dok Jreng FC yang merupakan Penjaga Gawang Perseru Serui, Sukasto Efendi
“Banyak yang suka dengan sepak bola. Dari sini saya juga bisa mengenal banyak orang, apalagi Malang dikenal sebagai daerah yang banyak memunculkan pemain-pemain sepak bola,” sambung pemain yang sudah menorehkan tiga gol untuk Arema FC ini.
Adapun Yanuar mengisahkan bahwa Dok Jreng terbentuk secara tidak sengaja pada 2013, berawal dari saat pemain-pemain asal Malang menjadi tamu di sebuah turnamen. Lantas kenapa harus dinamakan dengan Dok Jreng?
“Dok Jreng, artinya keputusan yang sudah dikedok harus dibayar jreng, artinya hidup adalah pilihan,” tuturnya.
Pilihan yang dimaksud oleh kiper yang terakhir bermain untuk Persatu Tuban ini tak lain pilihan menjadi pesepak bola.
“Kalau kamu menjadi olahragawan sekalian harus menjadi olahragawan yang baik, jadi jangan setengah-setengah,” katanya.
Momen sebelum Lebaran lalu bisa jadi merupakan waktu yang pas bagi pemain-pemain itu untuk berkumpul. Namun, tidak semua pemain bisa hadir karena kesibukan masing-masing apalagi digelar berdekatan dengan Lebaran.
“Banyak yang tidak bisa hadir. Kalau hadir semua bisa lebih banyak dari ini,” tutur Beni.
Baca Juga:
- Real Betis Sukses Boyong Penyerang Buangan FC Barcelona
- Gabung Lyon, Striker Muda Ini Ucapkan Terima Kasih kepada Real Madrid
- Valencia Ikat Pemain Gratisan dengan Klausul Rp 1,5 Triliun
Karena sama-sama bermain di liga profesional, momen berkumpul pemain-pemain Dok Jreng FC juga harus menunggu jeda kompetisi.
Tempat berkumpul mereka juga berpindah-pindah, tidak harus berada di Malang karena bisa saja pemain luar Malang terutama yang berdekatan mengundang mereka untuk bertanding.
“Berkumpul tergantung kesepakatan di mana, bisa juga ada yang mengundang. Kalau di Malang, bisa ke tempat teman-teman, biasanya ke desa-desa. Pernah paling jauh kami bermain ke Lumajang, sekalian rekreasi,” ujar Juan Revi.
Sukasto menambahkan bahwa Dok Jreng FC lebih mirip arisan sepak bola karena tempat pertandingan juga digilir.
“Selain di lapangan, setiap tahun pasti kami menggilir tempat berkumpulnya. Jadi, kami tahu rumah masing-masing teman sekalian menghibur masyarakat,” ujar mantan kiper Persema Malang ini sambil tertawa.
Dok Jreng FC yang tidak memiliki struktur manajemen memang murni lahir dari kebersamaan.
“Suka duka pasti ada, Dok Jreng ini tidak ada manajemen, untuk membuat kostum kami patungan. Kalau dapat hadiah dari turnamen, kami buat untuk membeli kostum,” tuturnya.
Editor | : | Estu Santoso |
Sumber | : | Tabloid BOLA |
Komentar