Arti Dukungan Keluarga bagi Giovane Elber

By Lariza Oky Adisty - Sabtu, 8 Juli 2017 | 19:05 WIB
Mantan pesepak bola FC Bayern Muenchen, Giovane Elber (tengah) kembali membagikan pengalamannya saat masih aktif bermain sepak bola dalam Allianz Junior Football Camp di Jakarta, Sabtu (8/7/2017).
BERI BAGJA/JUARA.NET
Mantan pesepak bola FC Bayern Muenchen, Giovane Elber (tengah) kembali membagikan pengalamannya saat masih aktif bermain sepak bola dalam Allianz Junior Football Camp di Jakarta, Sabtu (8/7/2017).

Dukungan keluarga sangat penting bagi karier eks pemain FC Bayern Muenchen, Giovane Elber. Kariernya tidak akan berlangsung hingga 19 tahun tanpa mendapat sokongan orangtua dan keluarganya.

Giovane Elber menceritakan pengalamannya tersebut dalam acara "Coach to Coach" sesi tanya jawab di Allianz Junior Football Camp 2017, Sabtu (8/7/2017).

Sempat tidak disetujui oleh ibunya, Elber akhirnya mendapat izin untuk meneruskan karier sebagai pesepak bola.

"Tadinya, saya berlatih sepak bola sambil bekerja di bank. Ibu saya tidak setuju dan meminta saya untuk meneruskan pekerjaan saya di bank. Namun, saya berkeras kalau saya ingin jadi pesepak bola," kata Elber.

Ibu Elber memang akhirnya mengalah. Namun, ada syarat yang harus dia penuhi.

"Orangtua saya berpesan kalau saya tidak boleh jadi pesepak bola yang biasa-biasa saja. Saya harus jadi pesepak bola yang hebat dan terbaik," kata pemain asal Brazil tersebut.

Keinginan Elber kesampaian. Dia menjalani karier di beberapa klub Eropa, seperti AC Milan, Vfb Stuttgart, FC Bayern Muenchen, dan Olympique Lyon serta memenangi sejumlah trofi, termasuk Liga Champions pada 2001.

Bagi Elber, dukungan keluarga adalah salah satu kunci dia bertahan di Eropa.

"Ketika saya cedera, saya punya dukungan dari seluruh keluarga, terutama istri saya. Karena itu, saya bisa bangkit setelah sembuh dan bermain seperti sedia kala," kata Elber.

Baca Juga:

Jika tidak mendapat dukungan yang semestinya, pesepak bola cenderung lari ke hal-hal negatif.

Dia memberi contoh Breno, eks pemain Bayern yang masuk penjara setelah membakar rumahnya.

"Kalau soal talenta, Breno sangat berbakat. Namun, dia bergabung di klub sebesar Bayern saat masih sangat muda dan tekanannya terlalu berat. Dia tidak punya sistem pendukung yang memadai hingga akhirnya lari ke minuman keras dan melakukan tindakan kriminal," tutur Elber.

Elber juga menambahkan, para pemain muda selalu berhak untuk mengejar mimpinya. Di sisi lain, mereka tidak boleh lupa dengan sekolahnya.

Dia mengacu pada pengalaman sendiri saat harus membagi waktu antara bekerja, sekolah, dan bermain sepak bola.

"Di antara 100 anak yang mau menjadi pemain sepak bola, mungkin hanya 1 yang bisa jadi pesepak bola profesional. Kalian harus tetap ingat untuk belajar yang baik. Saya cukup beruntung bisa berkarier sebagai pesepak bola karena dulu nilai saya di sekolah biasa-biasa saja," ucapnya.


Editor : Weshley Hutagalung
Sumber : -


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X