5 Pemain Premier League Pendahulu Wayne Rooney

By Lariza Oky Adisty - Senin, 10 Juli 2017 | 07:05 WIB
Wayne Rooney (kiri) resmi menjadi pemain Everton dan meneken kontrak bersama klub pertamanya itu pada Minggu (9/7/2017).
DOK. TWITTER EVERTON
Wayne Rooney (kiri) resmi menjadi pemain Everton dan meneken kontrak bersama klub pertamanya itu pada Minggu (9/7/2017).

Wayne Rooney (31) bukan satu-satunya pemain Liga Inggris yang kembali ke klub lamanya. Berikut adalah lima pemain yang mendahulu jejak eks penyerang Manchester United tersebut bereuni ke klub lama mereka.

1. David Luiz (Chelsea)


Petarung UFC, Jose Aldo, berpose dengan gelandang Chelsea, David Luiz.(@JOSEALDOJUNIOR)

Luiz bermain selama dua periode di Chelsea. Bek asal Brasil tersebut pertama kali pindah ke Stamford Bridge pada 2011 hingga 2014.

Selama itu, Luiz memenangi tiga gelar bergengsi: Piala FA dan Liga Champions pada musim 2011-2012, serta juara Liga Europa pada musim 2013-2014.

Banyak yang mengira petualangan Luiz sudah selesai ketika dia pindah ke klub Liga Prancis, Paris Saint-Germain pada 2014.

Nyatanya, kiprah eks pemain Benfica tersebut hanya bertahan dua tahun di PSG.

Dia kembali ke Chelsea pada 2016. Hasilnya, Luiz menjadi salah satu pilar penting bagi The Blues di era kepelatihan Antonio Conte. Luiz menjadi pilihan utama di jantung pertahanan Chelsea dan membukukan 33 penampilan.

Luiz juga menjadi salah satu pemain yang berkontribusi membawa Chelsea juara Premier League di musim perdana Conte.

2. Andriy Shevchenko (AC Milan dan Dynamo Kyiv)


Andriy Shevchenko membela Chelsea pada laga kontra Aston Villa di Stamford Bridge, 26 Desember 2007.(CARL DE SOUZA/AFP)

Andriy Shevchenko dikenal sebagai salah satu ikon AC Milan pada era 2000-an. Selama tujuh tahun berkostum AC Milan, penyerang asal Ukraina ini mencetak tidak kurang dari 127 gol di Liga Italia.

Catatan tersebut seperti meneruskan produktivitasnya saat masih bermain untuk klub Liga Ukraina, Dynamo Kyiv. Selama lima tahun di situ, Shevchenko membukukan 60 gol di kompetisi domestik.

Hal tersebut yang membuat raksasa Liga Inggris, Chelsea, meminangnya pada 2006.

Manajemen The Blues ketika itu berharap Sheva, julukan Shevchenko, bisa mengulangi penampilan cemerlangnya di AC Milan kala berseragam Chelsea.

Nyatanya, performa Shevchenko di London jauh dari ekspektasi. Selama tiga musim, Shevchenko hanya tampil 48 kali dan mencetak sembilan gol saja.

Chelsea tidak puas dengan catatan tersebut. Mereka pun mengembalikan Shevchenko ke AC Milan pada 2008 selama satu musim. Kembali ke klub lamanya ternyata tidak membantu Shevchenko menemukan kembali sentuhan magisnya.

Dia hanya tampil 18 kali tanpa mencetak satu gol pun. Pemain bertinggi 183 cm tersebut pun memutuskan kembali ke klub lamanya, Dynamo Kyiv. Baru di sini dia kembali produktif. Selama tiga tahun, Shevchenko mencetak 23 gol sebelum gantung sepatu.

3. Jermain Defoe (Tottenham Hotspur)


Kapten Tottenham Hotspur, Jermain Defoe dalam laga Barclays Premier League melawan Sunderland di White Hart Lane, 19 Januari 2008. (SHAUN BOTTERILL/GETTY IMAGES)

Defoe adalah salah satu pemain yang sering berganti klub. Namun, kalau menengok curriculum vitae pemain berusia 34 tahun ini, tidak salah kalau menyebut Tottenham Hotspur adalah klub favorit Defoe.

Bagaimana tidak? Dia memperkuat tim asal London Utara tersebut tiga kali dalam tiga periode terpisah.

Petualangan perdana Defoe bersama Spurs terjadi pada 2004 hingga 2008 setelah pindah dari West Ham United. Selama empat musim, Defoe tampil 139 kali di Liga Inggris dan menyumbang 43 gol sebelum pindah ke Portsmouth.

Karier Defoe di Portsmouth hanya bertahan satu musim sebelum dia kembali ke White Hart Lane pada 2009.

Periode kedua Defoe di Spurs juga bertahan cukup lama, yaitu lima musim. Selama itu juga Defoe mencetak 47 gol dari 135 kali tampil di Liga Inggris.

Defoe kembali hengkang pada 2014 dan melanjutkan petualangannya di Kanada, tepatnya di Toronto FC. Namun, di tahun yang sama, Defoe lagi-lagi pindah ke Spurs, kali ini sebagai pemain pinjaman.

Dia lalu hengkang ke Sunderland pada 2015 hingga 2017, sebelum berpindah ke AFC Bournemouth pada musim panas ini.

4. Cesc Fabregas (FC Barcelona)


Selebrasi Cesc Fabregas usai mencetak gol penutup Barcelona ke gawang Porto dalam pertandingan Piala Super Eropa, 26 Agustus 2011.(JASPER JUINEN/GETTY IMAGES)

Fabregas adalah pemain didikan asli akademi FC Barcelona, La Masia. Namun, pemain asal Spanyol tersebut tidak memulai karier profesionalnya di klub asal Catalan itu.

Sosok berusia 30 tahun itu memulai kariernya pada usia 16 tahun di klub Liga Inggris, Arsenal. Tidak kurang dari delapan tahun Fabregas mengenakan seragam Arsenal.

Total, dia tampil 212 kali di Liga Inggris dan mencetak 35 gol.

Bersama The Gunners-lah, Fabregas membangun reputasi sebagai salah satu gelandang terbaik di Eropa dan dunia. Dia juga berkontribusi membawa Arsenal juara Piala FA (2005), Community Shield (2004), serta mejadi finalis Liga Champions pada 2006.

Perannya yang penting bagi Arsenal membuat pelatih Arsenal, Arsene Wenger, tidak ragu menunjuknya menjadi kapten tim.

Masalahnya, karier Fabregas di Arsenal seperti tidak lengkap karena dia tidak pernah menang gelar domestik seperti Premier League.

Di Liga Champions pun Arsenal tidak pernah lagi lolos ke babak final pasca kalah di final tahun 2006. Hal itu yang mendorong Fabregas untuk kembali ke klub lamanya, FC Barcelona.

Barulah bersama Blaugrana, Fabregas mencicipi lebih banyak trofi, termasuk titel Liga Spanyol pada 2012-2013. Bedanya, jika di Arsenal, Fabregas adalah pilihan utama, di Barcelona dia menghadapi banyak kompetitor.

Akibatnya, waktu bermain Fabregas pun terbatas. Dia akhirnya memutuskan hengkang ke Chelsea pada 2014 hingga saat ini.

5. Michael Ballack (Bayer Leverkusen)


Michael Ballack menekel bola guna menghalau serangan Aston Villa dalam pertandingan boxing day, 26 Desember 2007.(IAN WALTON/GETTY IMAGES)

Meski lebih identik sebagai pemain FC Bayern Muenchen dan Chelsea, Michael Ballack mulai bersinar saat dia bermain untuk Bayer Leverkusen. Leverkusen adalah klub profesional ketiga eks kapten Jerman itu setelah FC Chemnitzer dan Kaiserslautern.

Ballack bermain untuk Die Werkself, julukan Leverkusen, selama tiga musim dari 1999 hingga 2002. Prestasi terbaik Ballack untuk klub tersebut adalah membawa Leverkusen menjadi salah satu kompetitor kuat di Liga Jerman. 

Mereka juga menjadi finalis di dua ajang: DFB Pokal dan Liga Champions. Semua terjadi pada musim 2001-2002.

Apa daya, kiprah Ballack dan Leverkusen berakhir antiklimaks. Mereka gagal juara Liga Jerman karena tersalip oleh Borussia Dortmund di puncak klasemen.

Selain itu, mereka kalah 1-2 dari Real Madrid di Liga Champions dan 2-4 dari Schalke 04 di final DFB Pokal.

Ballack harus puas dengan tiga gelar runner-up di tahun yang sama. Empat, jika menghitung perjalanannya bersama Jerman di Piala Dunia 2002.

Pemain kelahiran Goerlitz, Jerman Timur, tersebut lalu pindah ke FC Bayern Muenchen dan bermain hingga 2006. Kiprahnya bersama Bayern menarik minat Chelsea yang memboyongnya usai Piala Dunia 2006.

Di Chelsea, Ballack bermain selama empat musim. Dia membukukan 105 penampilan di Liga Inggris dan menorehkan 17 gol. Ballack memenangi gelar Liga Inggris satu kali, tiga Piala FA, dan satu Piala Liga bersama The Blues.

Kiprah Ballack bersama Chelsea selesai pada 2010. Dia lalu kembali ke klub yang membesarkan namanya, Bayer Leverkusen.

Namun, faktor umur dan gangguan cedera membuat kiprah kedua Ballack di Leverkusen tak maksimal.

Selama dua musim, Ballack hanya tampil 35 kali di Liga Jerman dan mencetak dua gol. Dia lalu gantung sepatu setelah kontraknya tak diperpanjang pada 2012.


Editor : Jalu Wisnu Wirajati
Sumber : Berbagai sumber


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X