Wawancara Fakhri Husaini: Metode Latihan Gembira, Indonesian Way, dan Pembinaan

By Sabtu, 15 Juli 2017 | 10:16 WIB
Pelatih Indonesia U-16, Fakhri Husaini, saat memimpin latihan timnya di Lapangan Atang Sutresna, Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (21/6/2017).
FERNANDO RANDY/BOLA/JUARA.NET
Pelatih Indonesia U-16, Fakhri Husaini, saat memimpin latihan timnya di Lapangan Atang Sutresna, Markas Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Rabu (21/6/2017).

Apa pun itu, saya tetap bersyukur mendapatkan kesempatan beruji coba menghadapi Filipina dan Singapura. Benefit terbesar tentu adalah ketika kami berpartisipasi di Tien Phong Plastic Cup 2017, Vietnam.


Pelatih tim nasional U-16 Indonesia, Fakhri Husaini, berfoto dengan trofi Tien Phong Plastic Cup 2017 seusai menjalani sesi wawancara dengan KOMPAS.com dan JUARA di Mess Senopati Kopassus, Cijantung, Rabu (21/6/2017). (FERRIL DENNYS/KOMPAS.COM)

Seperti apa konsep Indonesian Way menurut kacamata Anda?

Begini, sepak bola itu milik dunia. Saya bukannya tidak setuju dengan Indonesian Way, tetapi ketika diperlihatkan kepada saya, konsep itu sama saja seperti Spaniard Way.

Sekarang bedanya di mana? Permainan dari kaki ke kaki? Wong sepak bola memang seperti itu. Saya kira bukan terminologinya yang penting, melainkan tindakan komprehensif dalam memajukan pembinaan sepak bola Indonesia.

Indonesian Way disosialisasikan pada kursus instruktur bersama Danurwindo. Intinya main bola pendek dan cepat. Tuntutan sepak bola ya seperti itu.

Vietnam dan Thailand menerapkannya tanpa embel-embel Vietnam Way atau Thailand Way. Saya harus kembali mengingatkan juga soal pembinaan usia muda. Kompetisi tingkat pelajar yang rutin dan terintegrasi satu sama lain itu sangat penting.

Jangan sampai PSSI mendahulukan kompetisi profesional karena sesungguhnya sudah ada PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator Liga 1.

PSSI perlu membangun kemitraan dengan pemerintah daerah, pemerintah kota, atau pihak swasta. Tak ada larangan menjalin kerja sama atau meminta hibah dana pembinaan dari APBD.

Bisa diperinci maksud dari kemitraan berdasarkan pernyataan Anda?

Dulu APBD bisa dengan mudah dialokasikan ke klub profesional. Sekitar 10-30 miliar rupiah. Sekarang sudah dilarang berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri, jadi alokasi tersebut lebih baik digeser ke pembinaan.

Tidak usah semua, 10 persen saja sudah lumayan (1-3 miliar). Saya kira jumlah itu tak seberapa. Kalau perlu bikin lagi satu badan khusus pengelolaan kompetisi usia muda.

Cara berpikir semacam inilah yang perlu ditanamkan bila ingin melihat sepak bola Indonesia maju.

Bisa dibayangkan hasil yang akan kita dapatkan bila pembinaan usai muda berjalan dengan baik. Ironis mengetahui Indonesia punya cita-cita lolos ke Piala Dunia, tapi kita seperti tak berbuat apa-apa untuk menggapainya.

Negara yang maju sepak bolanya saja harus berjuang keras supaya bisa menembus putaran final Piala Dunia, apalagi kita.

Di luar itu, saya masih optimistis Indonesia lolos ke Piala Dunia, tapi di level junior. Karena itu, saya menggeber persiapan tim berdasarkan empat aspek: taktik, teknik, fisik, dan mental.


Editor : Beri Bagja
Sumber : Tabloid BOLA


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X