Mengejar Medali Ajang Olahraga yang Dianggap Rendah oleh Mao Zedong

By Intisari Online - Selasa, 1 Mei 2018 | 09:18 WIB
Mao Zedong
The New York Times
Mao Zedong

Bahkan, Chuang, juara dunia tenis meja China, harus mengucapkan kritik terhadap dirinya sendiri:

"Saya tidak boleh menerima arloji dari setan asing, saya malu atas perbuatan saya."

Masa-masa itu adalah zaman kegelapan dunia olahraga China.

Keinginan mengejar prestasi tinggi dalam bidang olahraga pun dianggap tabu.

Mao Zedong juga bepandangan bahwa persahabatan lebih penting dari kemenangan.

Dalam koran Beijing pun dimuat anggapan bahwa mengejar medali adalah hal rendah.

Ajang-ajang itu serupa obat bius borjuis yang dapat meracuni moral manusia sosialis.

Namun seiring menipisnya pengaruh Mao Zedong dan sepeninggalannya pada 1976, China berubah menjadi lebih terbuka.

Pada 1971, China memulai diplomasi tenis meja dengan Ameika dan pada 1979 kembali bergabung dalam IOC.

Sebagai gantinya, China kemudian juga mengalami revolusi olahraga yang didukung para politikus.

Bahkan Beijing menawarkan diri sebagai tuan rumah Asian Games tahun 1990 dan para 2000 ingin menjadi tuan rumah Olimpiade.

Bahkan Asian Games ke-16 juga digelar di Cina serta Asian Games ke-19 pada 2022 mendatang juga direncanakan untuk diadakan di China.


Editor :
Sumber : INTISARI-ONLINE.COM


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X