Inilah Fakta Sejarah Memilukan Bagiamana El Clasico di Masa Lalu Adalah Senjata dalam Kepentingan Politik

By Intisari Online - Minggu, 6 Mei 2018 | 19:52 WIB
 Rivaldo merayakan gol bersama rekan setim dalam laga el clasico antara Real Madrid vs Barcelona, 3 Maret 2001.
CHRISTPOHE SIMON/AFP
Rivaldo merayakan gol bersama rekan setim dalam laga el clasico antara Real Madrid vs Barcelona, 3 Maret 2001.

Pertemuan ini adalah untuk kedua kalinya setelah sebelumnya Barcelonabertandang ke markas Real Madrid, Santiago Bernabeu.

PestaAsia - "Barcelona Perkasa di Liga Spanyol, Sedangkan Real Madrid tim yang di takuti di pentas Eropa, lalu publik sepakbola mengamininya, dan pertemuan keduanya adalah satu dari banyak pertandingan paling ditunggu-tunggu."

---

Pada Senin (7/5) dinihari nanti, sebuah pertandingan besar mempertemukan dua tim raksasa dari liga spanyol Barcelona menghadapi Real Madrid, bertajuk El Calssico akan digelar.

Pertemuan ini adalah untuk kedua kalinya setelah sebelumnya Barcelona bertandang ke markas Real Madrid, Santiago Bernabeu.

Kini giliran Real Madrid melawat ke markas Barcelona, Camp Nou.

Sepertinya, pertandingan El Classioc kali ini tidak sepanas pertandingan El Clasico Sebelumnya.

Barcelona dipastikan mendapatkan gelar Juara Liga setelah unggul 11 poin dari Atletico Madrid di urutan ke-2 papan klasemen.

Sedangkan Real Madrid mungkin lebih banyak menyimpan tenaganya untuk final Liga Champions 27 Mei mendatang.

Sedangkan Real Madrid mungkin lebih banyak menyimpan tenaganya untuk final Liga Champions 27 Mei mendatang.

Meski begitu, hawa panas laga ini tetap ada--lebih-lebih jika menilik sejarah pertandingan keduanya.

Dalam catatan sejarah, keduanya ternyata beberapa pertandingan diwarnai tragedi memilukan dan sekor telak juga pernah terjadi.

 

 
 

Kala itu ketika sepakbola adalah katalis dalam kekuasan politik dan budaya peradaban yang kerap digunakan untuk memenuhi ambisi dalam berkuasa.

Lebih-lebih ketika Spanyol berada di bawah rezim Jenderal Franco yang memproklamirkan diri sebagai penguasa Spanyol pada tahun 1939 setelah menggulingkan pemerintas sayap kiri Spanyol.

Baca Juga: Masih Ingat Koin Rp500 Melati? Harganya Sudah 10.000 Kali Lipat, Apa Benar Ada Kandungan Emasnya?

Masyarakat Catalan sendiri punya motto "Mes que un club" yang artinya lebih dari sekadar klub.

Pesan tersebut adalah suara yang menyatakan diri sebagai kebebasan dan suara untuk melawan ketidakadilan dan penindasan Franco.

Ketika Real Madrid Bertandang ke markas Catalan pada leg pertama Copa Del Generalismo, sekarang Copa Del Rey, mereka bersiul keras mencemooh dan mengejek dengan lantang ketika pemain Si Putih menyentuh bola.

 

 

Namun ketika pertandingan di leg kedua suasana berubah menjadi gila, bahkan tim dari Catalan itu diperlakukan seperti budak di sebuah arena gladiator.

Dengan jeritan dan peluit darah lebih dari 20 ribu pendukung Madrid berteriak melecut dan intimidasi para pemain Catalan, hingga ketakutan menyelimuti pertandingan tersebut.

Alhasil 11 Gol bersarang di gawang Barcelona, sebagai tim yang begitu ketakutan dengan perilaku penonton dan intimidasi yang cukup mengerikan kala itu. 

Enrique Piñeyro Queralt,yang artinya lebih dari sekedar tim presiden Barca pada saat itu, bahkan mengundurkan diri karena kecewa dengan hasil pertandingan.

Hal ini bahkan berlangsung hingga tahun 1943 dan tontonal El Classico tidak sebrutal pada sebelum-sebelumnya--ketika pengaruh Franco sudah mulai memudar.


Editor :
Sumber : Intisari Online


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X