Israel, Sebagai Sebuah Tim yang Hilang dari Kancah Sepak Bola Asia

By Intisari Online - Kamis, 7 Juni 2018 | 16:11 WIB
Gelandang Spanyol, Jonathan Viera (kanan), berebut bola dengan bek Israel, Eytan Tibi, dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Eropa di Stadion Teddy, Yerusalem, pada 9 Oktober 2017.
THOMAS COEX/AFP
Gelandang Spanyol, Jonathan Viera (kanan), berebut bola dengan bek Israel, Eytan Tibi, dalam laga Grup G Kualifikasi Piala Dunia 2018 Zona Eropa di Stadion Teddy, Yerusalem, pada 9 Oktober 2017.

Kisah perjalanan Israel sebagai sebuah tim sepak bola yang menghilang dari kancah sepak bola Asia, rupanya pernah berjaya di masa lalu.

Intisari-online.com - Sebuah cuplikan pernah muncul di Youtube menunjukkan bagaimana Israel bermain dengan Iran di Final Piala Asia 1968.

Pertandingan tersebut dimainkan di Teheran dan Iran mengalahkan juara bertahan Israel dengan skor 2-1 untuk memenangkan piala Asia kala itu.

Rekaman tersebut berdurasi 42 detik yang menunjukkan Iran mencetak dua kali gol untuk memperoleh penghargaan tersebut.

Itulah segelintir kisah bagaimana Israel adalah satu diantara tim yang pernah bermain di kancah Asia sebagai tim sepakbola.

 

Namun, jauh sebelum itu Israel telah memenangkan turnamen bergengsi tersebut pada tahun 1964, menumbangkan Korea Selatan dengan skor 2-1 dan mengamankan gelar Juara.

Sebelumnya Israel juga berhasil menyabet peringkat runner-up Piala Asia pada tahun 1956 dan 1960.

Tim Israel adalah kumpulan orang Yahudi lokal dan asing dan berasal dari berbagai negara dengan pelatih tim, Yosef Merimovich, lahir di Siprus, bintang mudanya Mordechai Spiegler lahir di Uni Soviet, bek David Primo yang berasal dari Bulgaria. 

Waktu itu Israel adalah sebuah tim yang dalam banyak hal mewakili harapan suatu bangsa yang berusaha untuk menemukan tempatnya di lingkungannya dan di dunia setelah kengerian Perang Dunia II dan Holocaust.

67 Tahun setelah menyatakan diri sebagai bangsa, Israel masih berusaha untuk menemukan tempatnya, bahkan hingga kini.

Israel dan Kekuatan yang ditakuti di Asia

Turnamen pada tahun 1968 adalah menjadi yang pertama dari tiga kemenangan beruntun Piala Asia bagi tim Iran besar pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.

Iran akan pergi ke Piala Dunia 1978 di Argentina, mengalahkan Australia di penyisihan, dan mewakili benua sepakbola Asia yang sedang berkembang dengan beberapa tim kuat seperti, Belanda, dan Peru, juara Copa America, serta melawan tim Skotlandia yang kuat.

Namun, tim Israel yang mengalahkan Iran pada 1968 dan hal itu juga bukanlah sisi buruk.

Faktanya, Israel telah mengalahkan tim Socceroos julukan tim Australia dalam perjalanan ke penampilan final Piala Dunia satu-satunya pada tahun 1970.

Waktu itu salah satu bintang Israel, Mordechai Spiegler, mematahkan hati penggemar Australia setelah  ia mencetak gol 78 menit di leg kedua, dan menempatkan kemenangan Israel 2-0.

Tangguhnya Israel tak hanya samapi disitu saja, iamenahan imbang tim Azzurri yang hebat, yang berisi pemain seperti Giacinto Facchetti, Luigi Riva, dan Sandro Mazzola.

Pertandingan melawan Italia memiliki kepedihan tertentu mengingat kontribusi Yahudi untuk pengembangan calcio modern.

Di antara kontributor mencatat adalah orang Yahudi Hungaria seperti Arpad Weisz yang menjadi tokoh legendaris di Inter dan meninggal di Auschwitz pada tahun 1944.

Lalu Erno Erbstein yang merupakan co-manager dari Torino meninggal pada akhir 1940-an setelah kecelakaan udara tahun 1949.

Baik Israel maupun Iran adalah tim Asia tampil menonjol melampaui ambisi Australia untuk lolos ke putara Piala Dunia dari 1974 hingga 2006.

Israel dikeluarkan dari Konfederasi Sepakbola Asia

Meskipun memiliki letak geografis di Asia Barat, Israel dikeluarkan dari Konfederasi Sepak Bola Asia pada tahun 1974.

Setelah terlibat mosi oleh Kuwait untuk mengusir negara Yahudi hingga dilakukan pemungutan suara dengan hasil 17-13.

Pengusiran itu terjadi setelah bertahun-tahun ketegangan muncul, proyek Zionis Israel dan tumbuhnya ekspresi nasionalisme pan-Arab dan solidaritas dengan rakyat Palestina.

Dari Perang Enam Hari pada tahun 1967, dan penerapan Resolusi Khartoum oleh para pemimpin negara Arab yang menolak legitimasi Israel sebagai negara berdaulat dan tak lama setelah itu, hal-hal yang terlihat tampak membuat israel semakin suram.

Cita-cita olahraga sebagai sarana memperbaiki pagar dan membangun jembatan mengambil tempat di belakang untuk hubungan politik dan citra olahraga sebagai medan pertempuran nasionalis.

Hal ini diilustrasikan secara mengerikan oleh pembantaian saat Olimpiade Munich tahun 1972 di mana 11 atlet Olimpiade Israel dibunuh oleh kelompok September Hitam Palestina.

Hingga akhirnya, Israel akhirnya menemukan rumahnya ketika UEFA menerimanya kembali pada tahun 1992.

Meskipun Israel sekarang menjadi bagian dari UEFA, FA Palestina telah mengisyaratkan sedang mempertimbangkan melobi FIFA untuk mengusir Israel sebagai negara anggota dari badan sepakbola dunia.

Namun, kenyataannya adalah, bahwa Israel tidak mungkin dikeluarkan dari FIFA, tetapi tekanan dari Palestina, pendukung mereka, dan beberapa penolakan halus dari sesama anggota UEFA mungkin melihat Israel harus mengubah kebijakannya untuk sedikit lebih akomodatif terhadap ambisi sepakbola Palestina di panggung internasional. (Afif Khoirul M)


Editor :
Sumber : Intisari Online


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X