Pelatnas Berkuda Kedatangan 3 Legenda Olahraga Indonesia

By Persiana Galih - Selasa, 31 Juli 2018 | 20:19 WIB
Tiga olimpian Indonesia, Dedeh Erawati (Paling kiri), La Paene (Kedua dari kiri), dan Shenny Ratna Amelia (Paling kanan), mengunjungi pelatnas berkuda di Arthayasa Stable, Depok, Selasa (31/7)
PERSIANA GALIH/BOLA
Tiga olimpian Indonesia, Dedeh Erawati (Paling kiri), La Paene (Kedua dari kiri), dan Shenny Ratna Amelia (Paling kanan), mengunjungi pelatnas berkuda di Arthayasa Stable, Depok, Selasa (31/7)

Tiga olimpian Indonesia, La Paene (Tinju/Olimpiade Atlanta 1998), Dedeh Erawati (Atletik/Olimpiade Beijing 2008), dan Shenny Ratna Amelia (Renang/Olimpiade Sydney 2000), merasa beruntung mengunjungi pelatnas berkuda di Arthayasa Stables, Depok, hari Selasa (31/7/2018).

Sebab, tepat di hari yang sama, pelatnas berkuda tengah mendapatkan kunjungan Maria Todorovska, pelatih sekaligus juri berkuda nomor dressage asal Bulgaria.

Di arena latihan, Todorovska bertugas untuk menguji kesiapan tim berkuda Indonesia menjelang penampilan mereka pada Asian Games 2018 Jakarta-Palembang.

Atlet yang ia uji di awal ialah dua atlet nomor dressage, Nadya Zax dan Dara Ninggar Prameswari.

Baca juga: Promotor Wanita Gelar Ajang Tinju Profesional Magelang Big Fights

Ketiga olimpian tentu menyaksikan secara langsung penampilan kedua atlet tersebut.

Di tengah-tengah pengujian, mereka pun sempat bertukar pikiran dengan sang juri.

Kepada Dedeh, Todorovska mengatakan bahwa ia senang dengan kualitas atlet berkuda Indonesia.

Meski demikian, Maria Todorovska pun menangkap beberapa kekurangan kedua penunggang kuda tersebut.

Salah satunya adalah chemistry antara atlet dan kudanya.

"Saya dan Maria sepakat bahwa itu perlu waktu. Lagian, riders pelatnas saat ini banyak yang masih muda," kata Dedeh kepada BolaSport.com.

Proses pengenalan atlet dan kudanya tidaklah mudah.

Nadya, misalnya, sudah mengurus kudanya yang diberi nama Bigbig selama tujuh tahun.

Kuda Portugal yang kini berusia 18 tahun itu pertama kali ia urus pada tahun 2011.

Baca juga: Demi Medali Emas, Dellie Threesyadinda Berlatih dari Jam 8 Pagi hingga 5 Sore

Tak hanya itu, pelatnas yang baru berpindah tempat dari Sentul, Bogor, ke Arthayasa, Depok, masih dalam keadaan kurang kondusif.

Jadi, maklum saja kalau performa kuda mereka dalam nomor dressage -yang melombakan kecantikan gerakan- tak terlalu tampak hari itu.

Tidak seperti negara lain, cabang berkuda di Indonesia memang belum banyak berbicara di level internasional.

Akan tetapi, para Olimpian percaya bahwa semua orang Indonesia bisa berprestasi di cabang olahraga apa pun.

Namun, untuk meningkatkan prestasi Indonesia dalam olahraga berkuda, ada beberapa syarat yang mesti dipenuhi.

Selain karena perkenalan atlet dan kudanya belum lama, kata Dedeh, Indonesia perlu lebih banyak lagi menggelar kejuaraan berkuda tingkat nasional.

Hal yang sama dikatakan La Paene.

Legenda tinju asal Maluku ini mengatakan bahwa setiap cabang memerlukan minimal enam kejuaraan internasional dalam setahun.

Baca juga: Vettel Enggan Perpanjang Masalah dengan Bottas

"Kalau sudah aktif seperti itu, saya yakin berkuda Indonesia akan sampai pada prestasi terbaiknya," tutur La Paene.

Meski tak diunggulkan di Asian Games 2018, La Paene berharap cabang berkuda tak berkecil hati.

Ia selalu percaya bahwa pintu perebutan gelar juara masih terbuka lebar.

"Apalagi saat ini kita tuan rumah. Setidaknya, mental dalam berlomba suda kita dapatkan di Asian Games 2018. Jadi, saya harap dalam 18 hari menjelang Asian Games ini para atlet berkuda memanfaatkan waktu sebaik-baiknya," kata La Paene.


Editor : Nugyasa Laksamana
Sumber : BolaSport.com


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X