Persib Dan Persipura Ke Final?

By Caesar Sardi - Rabu, 30 Januari 2013 | 09:00 WIB
Pemain Persib Jaffar Sidik menggeletak kesakitan, ditolong Ajat Sudrajat ala kadarnya sementara Jonas Sawor (paling kanan), pemain Perseman yang mencederainya, masih nampak marah meski sudah dilerai Leo Kapissa. Perwasitan yang kurang tegas ikut mendorong
Dokumentasi Tabloid BOLA
Pemain Persib Jaffar Sidik menggeletak kesakitan, ditolong Ajat Sudrajat ala kadarnya sementara Jonas Sawor (paling kanan), pemain Perseman yang mencederainya, masih nampak marah meski sudah dilerai Leo Kapissa. Perwasitan yang kurang tegas ikut mendorong

sama diunggulkan sebagai juara baru, meski babak semifinal Kompetisi Divisi Utama PSSI yang melibatkan enam kesebelasan baru akan dimulai Senin mendatang.

Dua tokoh sepakbola, Ronny Pattinasarani dan Sartono, menjabarkan pandangannya yang condong pada kedua tim itu. Namun keduanya juga memberikan berbagai catatan sebagai "syarat yang harus dipenuhi" baik oleh Persib maupun Persipura. Tanpa itu, katanya, bukan tidak mungkin keduanya terjungkal di semifinal.

Baik Sartono maupun Ronny juga tetap memperhatikan kekuatan tim-tim lainnya, tidak hanya juara bertahan PSMS Medan, tapi juga Perseman Manokwari, PSM Ujungpandang, dan Persebaya Surabaya. "Tetapi secara perhitungan pribadi, saya melihat Persib dan Persipura yang bakal menjadi finalis," kata keduanya di tempat terpisah.

Sartono sendiri lebih menjagoi Persib. "Penilaian ini mungkin lebih karena saya tidak melihat kekuatan dari wilayah Timur," tutur bekas pelatih UMS 80 itu. Sedangkan Ronny memberikan penilaian 60 untuk Persipura. "Saya sudah lihat Persipura beberapa kali dan juga Persib," ujarnya yakin.

Tetapi bersama itu faktor yang juga harus diperhitungkan adalah peranan korps baju hitam. Apalagi dalam pertandingan akhir putaran kedua, kondisi sejumlah wasit sudah kian melemah sehingga ada di antaranya yang membuat kekeliruan cukup fatal.

Kompak

Menurut Sartono, Persib merupakan tim yang paling kompak dengan keterampilan teknik merata. Selain itu Persib juga merupakan satu-satunya tim yang menggunakan 99 persen pemain yang tampil dalam kompetisi dua tahun lalu.

Kekuatan Persib paling menonjol di sektor gelandang dan barisan depan.

Tetapi bekas pelatih kebanggaan kota Semarang itu menegaskan, jika para pemain Persib kehilangan keberanian seperti ketika melawan Perseman di Senayan, peluang mereka akan hilang. Juga faktor fisik sangat menentukan. Ini terlihat ketika mereka menghadapi PSMS sehari setelah melawan PSP.

Ronny sependapat tentang Persib. Hanya ia sangsi apakah pemain Persib cukup kuat terus bertarung dengan gaya dan tempo yang sama dalam putaran semi final. Apalagi Persib dianggapnya tidak cerdik dengan terus-menerus menurunkan pemain intinya meski dalam pertandingan yang sudah tidak menentukan. "Itukan menghabiskan tenaga," ujar Ronny.

Mental

Sedangkan Persipura, bagi Ronny mempunyai keistimewaan tersendiri. "Kekuatan dan kemampuan mereka merata, meski merupakan kombinasi senior dan yunior. Yang lebih penting, Persipura tidak pernah memaksa pemain intinya. Seluruh pemain yang dibawanya sudah diturunkan. Itu artinya tenaga cadangan tidak akan menjadi soal," katanya.

Tetapi catatan yang diberikan bekas pemain kebanggaan PSM, Warna Agung, dan Tunas Inti itu pada faktor mental. Kalau kesebelasan yang mulai menyentak ke permukaan sepakbola nasional tahun 1974 itu tidak mampu mengendalikan emosinya, bukan tidak mungkin mereka rubuh juga di putaran semi final.

Kekuatan Persipura bertumpu pada tiga pemain seniornya masing-masing Panus Korwa, pemain yang pernah diincar Wiel Coerver, Metu Duaramuri, pemain yang diperebutkan klub-klub Galatama di tahun 1980, serta pemain belakang yang kokoh, Spiks Pulanda.

Ronny dan Sartono juga menyebut tentang ancaman kuda-kuda hitam. Kali ini juara bertahan termasuk sebagai kuda hitam bersama PSM dan Perseman.

"Kalau dua jagoan di atas ada yang rubuh, maka tiga kuda hitam itu otomatis akan menyentak. Terutama Perseman dan PSM yang memiliki daya juang luar biasa. Hanya saja kuda-kuda hitam tersebut juga cukup temperamental, jadi harus benar-benar hati-hati," ujar Ronny.

Jeli dan Tegas

Berbicara soal wasit, kedua tokoh tersebut sama berpendapat sulit untuk mengatasinya. Begitu sulitnya hingga Ketua PSSI Bidang Perserikatan, Wahab Abdi, langsung turun tangan untuk mengawasi dan menegur wasit bersangkutan jika terjadi kasus.

Sebagai bukti, Wahab langsung memerintahkan Ketua Komisi Perwasitan Syamsuddin Haddade untuk mengistirahatkan Sutoyo, wasit berpredikat FIFA yang dianggap kurang becus dalam memimpin pertandingan Persib melawan Perseman di putaran kedua.

Hal ini dibenarkan Syamsuddin. "Kami memang sudah mengistirahatkan Sutoyo dan malah saya menegur dengan keras Said Ismail, wasit yang memimpin pertarungan PSMS lawan PSP," ujar Syamsuddin.

Syamsaddin yang selalu duduk di sisi lapangan untuk menilai dan mengawasi tindak-tanduk bawahannya, sering sekali kelihatan kecewa lantaran para bawabannya membuat kesalahan. Misalnya ketika Sutoyo mengkartukuningkan Jonas Sawor, gelandang Perseman setelah memukul gelandang Persib, Ajat Sudrajat. Wajah bekas wasit FIFA itu tampak merah padam, giginya gemeletuk menahan marah, terlebih lagi setelah sekitar 40.000 penonton membuat koor yang mengejek.

Tidak hanya itu, Syamsuddin juga tidak suka melihat para wasit yang terlalu santai "Lihat, ia menyemprit tetapi tidak langsung lari ke tempat kejadian. Bagaimana kalau pemain yang saling bertubrukan itu baku bantam?" ujarnya setengah bertanya. Wasit yang dimaksudnya adalah Suharso Syahban yang memang cukup jauh dari tempat kejadian.

(Penulis: Mahfudin Nigara, Tabloid BOLA, edisi no. 50, Jumat 8 Februari 1985)


Editor : Caesar Sardi


Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

YANG LAINNYA

SELANJUTNYA INDEX BERITA

Close Ads X