Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
JUARA.net - Pembalap Monster Energy Yamaha, Maverick Vinales, memulai musim MotoGP 2019 dengan optimisme baru. Namun, baru tiga seri bergulir harapan itu memudar dengan cepat.
Maverick Vinales menderita di MotoGP 2019 walau melakoni persiapan impresif dengan selalu menjadi anggota lima besar dalam empat tes pramusim.
Pria asal Spanyol ini juga memuji performa motor M1 Yamaha setelah mendapatkan pole position pada seri pembuka musim di Qatar.
Namun, ia mengalami start buruk dan menyelesaikan balapan di peringkat ketujuh.
Di MotoGP Argentina, Vinales berhasil memulai balapan dari posisi kedua di grid tetapi turun ke posisi keempat setelah lap pertama.
Baca Juga : MotoGP Americas 2019 - Alasan Maverick Vinales Jalani Penalti Jump Start 2 Kali
Harapannya untuk mengambil poin di Sirkuit Termas de Rio Hondo pudar setelah bertabrakan dengan Franco Morbidelli pada putaran terakhir.
Vinales mengungkapkan bahwa motornya mengalami masalah dengan grip di roda belakang, isu yang telah menghantuinya selama beberapa tahun.
"Kami satu-satunya Yamaha yang mengalami masalah ini. Jujur saja, sudah dua setengah tahun saya mengalami problem ini. Australia 2018 (di mana ia menang) adalah satu-satunya kesempatan di mana saya punya grip," ujarnya seusai balapan seperti dikutip JUARA.net dari Crash.
"Pada balapan utama di Argentina, dengan roda baru, saya merasa membalap dengan roda yang telah melahap 20 lap. Perasaan yang sangat aneh," tuturnya.
Terkini, Maverick Vinales terkena jump start penalti di MotoGP Americas dan melakukan blunder fatal dengan menjalani dua hukuman sekaligus, long lap penalty (melaju di area tertentu agar kehilangan waktu), lalu menjalani ride through penalty (melaju di pit lane).
Baca Juga : Menang di MotoGP Americas 2019, Alex Rins Sangat Senang
Ia pun finish di peringkat ke-11 walau sempat mengutarakan optimismenya untuk finish di posisi podium sirkuit di Austin, Texas, tersebut.
"Austin adalah trek yang saya sukai di mana saya merasa enak dengan motor," kata Vinales.
"Saya memiliki kenangan bagus di sirkuit ini, jadi akan mencoba untuk menikmati Grand Prix ini sebisa mungkin. Kami akan mencoba meraih podium, itu adalah tujuan utama kami."
Hasil-hasil itu membuat Maverick Vinales terjerembab di posisi ke-12 klasemen sementara pembalap dengan hanya merengkuh 14 poin sepanjang musim.
Ia terpaut 37 poin dari rekannya, Valentino Rossi, dan 40 poin dari Andrea Dovizioso di puncak klasemen.
Musim lalu, Maverick Vinales mencatatkan kemenangan tunggal Yamaha sepanjang 2018, saat berjaya di MotoGP Australia.
Baca Juga : Sedang dalam Tren Positif, Valentino Rossi Ingin Buktikan Diri di Jerez
Hasil di Phillip Island tersebut mengakhiri catatan 25 balapan tanpa kemenangan bagi Yamaha.
Hasil ini tentu kurang apik bagi pabrikan asal Iwata tersebut mengingat rival mereka, Honda dan Ducati masing-masing menorehkan 10 dan 7 kemenangan seri.
Salah satu alasan Yamaha kurang bisa bersaing musim lalu diyakini karena mereka tak bisa mengambil arah jelas dalam pengembangan motor.
Hal ini pun kembali terlihat pada seri test pasca-musim 2018 di mana Vinales menyatakan senang dengan konsistensi mesin motor 2019 sementara Valentino Rossi mengeluhkan bahwa ia kesulitan mempertahankan kecepatan motor karena faktor degradasi ban.
Padahal, 2019 seharusnya menjadi start baru bagi Maverick Vinales.
Pembalap asal Figueres, Spanyol, ini secara efektif menekan tombol reset untuk kariernya di MotoGP.
Keputusannya mengganti nomor 25 yang telah ia gunakan sejak membalap di MotoGP pada 2015 menjadi 12 merupakan bagian dari keinginan untuk melupakan dua tahun terakhir yang ia gambarkan sebagai "tahun-tahun terburuk sepanjang karier".
"Saya ingin mengubah segalanya. Saya ingin kembali ke masa saya bagus," ujarnya seperti dikutip JUARA.net dari Motorsport.
Nomor 12 seharusnya menjadi nomor keberuntungan sang pembalap, ia memakai angka tanggal lahirnya (12 Januari) tersebut saat masa kecil di ajang motocross.
Akan tetapi, sejauh ini yang terjadi masih jauh dari harapan sang pembalap.