Susahnya Jadi Manajer Dadakan Arema

By Tulus Muliawan - Rabu, 1 Juli 2015 | 20:45 WIB
Kuncoro, dirubung para pemain Arema. (Iwan Setiawan/JUARA.net)

Ada yang tak biasa saat Arema Cronus berada di Banyuwangi selama tiga hari sejak 29 Juni hingga 1 Juli. Karena tim tidak didampingi oleh General Manager Rudy Widodo, tugas untuk membawa tim justru dipasrahkan kepada asisten pelatih, Kuncoro.

Kuncoro dipilih karena beberapa pertimbangan. Pertama, dia bisa membuat suasana tim rileks karena Kuncoro kerap bercanda dan mencairkan suasana. Kedua, dia sangat dekat dengan pengurus Persewangi dan penpel Sunrise of Java Cup (SoJC) 2015.

Meski ajang itu akhirnya batal digelar, tetap saja Kuncoro mendapatkan pengalaman susahnya menjadi manajer tim. Mulai dari komunikasi dengan panpel, menyampaikan berbagai perkembangan turnamen, sampai mengatur pengeluaran tim.

Meski baru pertama kali, ternyata mantan pemain Arema dan PSM Makassar ini cukup sukses dalam mengelola keuangan. Sebab, dia terbantu dengan ibadah puasa. Sehingga dana untuk makan ketika perjalanan pergi atau pulang Malang bisa dihemat.

"Tugas saya rangkap-rangkap. Saya kasih saja uang makan bagi yang non muslim. Kalau yang muslim tetapi nggak puasa ya nggak dapat," kata pria humoris itu.

Meski begitu, tugas baru Kuncoro tak berjalan lancar. Keputusan Kuncoro sempat membuat pemain yang berpuasa 'menyerang' Kuncoro dengan protes-protes.

"Nggak adil ini. Kita minta mentahnya saja buat buka puasa," kata winger Arif Suyono diikuti celotehan pemain lain dengan nada bercanda.

Untung Kuncoro masih punya akal. Dia meredakan suasana dengan menjanjikan para pemain buka puasa kedua setelah shalat tarawih. "Bangkrut saya nanti kalau nuruti semua pemain."

Karena anggaran yang diberikan terbatas, Kuncoro memenuhi janji buka puasa kedua. Tetapi dengan makanan murah. "Mie ayam saja cukup. Kalau kompetisi beneran baru makan yang mahal."

Namun, serangan pemain makin hebat ketika SoJC resmi dibatalkan. Karena pemain sudah berharap mendapatkan match fee, mereka tidak ingin kembali ke Malang dengan tangan kosong.