Milan Panik Akibat Sering Didikte

By Sabtu, 10 Oktober 2015 | 07:45 WIB
Riccardo Montolivo, banyak melepas operan panjang lantaran kerap tertekan. (Pier Marco Tacca/Getty Images)

Ide Sinisa Mihajlovic pada hari-hari pertamanya di Milanello, sentra latihan Milan, sangat jelas. Ia ingin melihat Milan kembali menjadi tim yang mampu mendominasi laga.

Namun, fakta di atas lapangan berkata sebaliknya. Alih-alih menguasai penuh kendali permainan, di Serie A 2015/16, Il Diavolo justru lebih sering didikte lawan.

Dalam tujuh laga di Serie A, Riccardo Montolivo dkk. tercatat hanya dua kali unggul penguasaan bola atas lawan, tepatnya di partai kontra Palermo (55 persen penguasaan bola) dan Udinese (53 persen).

Rata-rata penguasaan bola Milan musim ini sebesar 48,3 persen alias urutan ke-11 di Serie A. Il Diavolo kini bermain seperti tim provinciale yang mengandalkan serangan balik sporadis.

Lantaran kerap berada dalam posisi tertekan, Milan menjadi serbasalah. Bukannya sabar membangun serangan lewat operan dari kaki ke kaki, penggawa Il Diavolo kerap terburu-buru melepas operan panjang langsung menuju area pertahanan lawan.

Melepas operan panjang terlihat masuk akal mengingat Milan punya striker yang bisa menahan bola seperti Luiz Adriano atau tipe pelari cepat semodel Carlos Bacca.

Akan tetapi, hal itu terbukti tak efektif karena malah membuat Milan lebih cepat kehilangan bola. Statistik yang dikeluarkan Labbola menunjukkan bahwa strategi operan panjang tak cocok bagi Milan.

Jumlah operan panjang gagal Milan di tiap laga Serie A hampir selalu lebih banyak ketimbang bola jauh mereka yang menemui sasaran.

"Ketakutan adalah hal utama yang menghantui Milan asuhan Mihajlovic. Mereka adalah tim yang mencoba keluar dari situasi sulit. Mereka menerapkan ide dan konsep dari pelatih, tapi dengan ruang minim untuk berimprovisasi," kata eks pelatih timnas Italia, Cesare Prandelli, di Calciomercato.

Penulis: Sem Bagaskara