Apakah Strategi Ini Solusi Krisis di AC Milan?

By Firzie A. Idris - Sabtu, 10 Oktober 2015 | 14:00 WIB
Alessio Cerci (kiri), jarang mendapatkan kesempatan tampil. ( GIUSEPPE CACACE/AFP/Getty Images)

AC Milan menemukan secercah antusiasme ketika kompetisi Serie A memasuki jeda. Sebelum liga rihat karena agenda pertandingan internasional, Milan melalui dua partai terakhir dengan kekalahan tanpa mencetak satu pun gol.

AC Milan ditekuk Genoa 0-1 dan Napoli 0-4. Fakta mereka masih terdampar di papan tengah klasemen membuat posisi pelatih Sinisa Mihajlovic juga disorot tajam. Jeda kompetisi pun tiba pada saat yang tepat buat Mihajlovic mengevaluasi kinerja timnya.

“Klub mengalami momen sulit karena tidak bermain baik dan hasil akhir tak seperti harapan. Namun, situasi ini bukan pertama kali saya alami, jadi saya tahu bahwa kami akan keluar dari kesulitan,” kata Miha kepada Mediaset Premium.

Keyakinan Mihajlovic dibuktikan oleh kembalinya Milan ke “jalur kemenangan”. Kamis (8/10), Rossoneri meraih kemenangan 3-0 atas klub Serie D, Monza. Miha menurunkan komposisi gabungan pemain yang tak dipanggil ke timnas dan pemain akademi. Gol-gol Milan dicetak oleh Luiz Adriano, Antonio Nocerino, dan Alessio Cerci.

Kemenangan atas tim level amatir jelas tidak cukup menggambarkan kekuatan Milan buat bangkit. Namun, momen uji coba ini berguna buat mengasah kondisi fisik, kepercayaan diri pemain, dan ajang eksperimen taktik.

Peluang Cerci-Jack

Pada susunan starter, Mihajlovic menggeber skema 4-3-1-2 yang selalu dipakai sebagai pedoman sebelas awal di liga. Memasuki babak II, ia mencoba formasi alternatif dengan memasang 4-4-2. Pola itu bisa menjadi opsi menarik buat menggantikan 4-3-1-2, yang faktanya belum tereksekusi secara mantap.

Ketiadaan sosok trequartista (penyerang lubang) idaman guna menyokong duet penyerang menjadikan sistem 4-3-1-2 belum kunjung membuahkan hasil konsisten. Lantas, dapatkah pola 4-4-2 menjadi solusi krisis di Milan? Dengan skema alternatif itu, tim bisa lebih memaksimalkan alur serangan lewat kedua sayap.

Apabila opsi tersebut diambil, Alessio Cerci barangkali salah satu pemain yang paling antusias. Cerci punya fitur kecepatan menyisir dari sisi lapangan dan menusuk ke area pertahanan lawan. Kemampuan pria berusia 28 tahun itulah yang belum terakomodasi di Milan.

Wajar bila Cerci hanya tampil tiga kali dalam tujuh pekan musim ini, seluruhnya sebagai pemain pengganti. Dalam laga kontra Monza, ia mencetak satu gol dan satu upayanya membentur tiang gawang lawan. Jebolan akademi Roma itu tampak nyaman bermain di sisi kanan.