HUT 87 Tahun Persija: Persija 1964, Anak Muda Tak Terkalahkan

By Gerry Putra - Sabtu, 28 November 2015 | 10:16 WIB
Tim juara Persija 1964 (Majalah Aneka Olah Raga)

Pada babak kedua, Persija sedikit mengedurkan serangan. Sedangkan Persib masih tampak kesulitan menembus pertahanan Persija karena Kwee Tik Liong bermain lugas dalam mematahkan serangan-serangan Persib.

Menit ke-65 Soetjipto mendapat umpan jauh ke depan. Sunarto yang bertugas mengawal Soetjipto terlalu maju ke tengah. Gareng, sapaan Soetjipto, langsung melihat celah terbuka di pertahanan Persib.

Dengan sangat cepat dia berlari menuju kotak 12 pas Persib. Tanpa ancang-ancang, Gareng melepaskan tendangan keras yang kembali merobek gawang Jus Etek untuk ketiga kalinya.

Setelah unggul, Persija memainkan umpan-umpan pendek. Permainan Persija lebih santai dibanding Persib yang memancing untuk bermain keras. Skor tak berubah hingga peluit tanda berakhirnya laga dibunyikan.

Kemenangan 3-1 ini terasa krusial, tak hanya menjadi pembalasan dendam atas kekalahan sebelumnya, poin penuh yang diraih mempertebal peluang juara Persija.

Saat menghadapi Persebaya pada pertandingan selanjutnya, tim asuhan Pak Dokter tak terbendung. Bajul Ijo takluk 4-1  dan ini adalah kali pertama Persija bisa mengalahkan Persebaya dengan skor besar.

Pasukan muda Persija menjadi kampiun kasta elite Perserikatan edisi 1964 dengan rekor tak pernah mengalami kekalahan dan rekor gol sensasional.


Pemain Persija merayakan gelar juara tahun 1964 dengan mengelilingi Stadion Utama Gelora Bung Karno, tahun 1964.(WARTA BHAKTI)

Selepas keberhasilan itu, Persija tampak tak siap dengan kompetisi-kompetisi pada tahun-tahun berikutnya. Apalagi sejak pak Dokter menangani timnas Indonesia. Persija seperti tak kuasa menghadapi permainan Persebaya, PSM, PSMS, dan Persib Bandung.

Berkali-kali gelar juara lepas dan bahkan di tiga kompetisi nasional seperti pada kompetisi 1964-1965, 1965-1966, dan 1966-1967 Persija hanya sekali masuk babak semifinal, yaitu di kompetisi 1964-1965. Sisanya, Persija hanya mampu berada di fase wilayah nasional saja.

Memasuki tahun 1969, Persija baru memunculkan pemain-pemain penerus generasi emas miliki Pak Dokter.

Pemain dengan nama Oyong Liza, Sutan Harhara, dan Suhanta mulai naik ke tim senior Persija dan pada era selanjutnya Persija menuai kesukseskan yang sangat besar, buah dari pembinaan hebat Macan Kemayoran kala itu.

Tim Impian Persija 1964

Persija (2-3-5): Yudo Hadiyanto (K); Kwee Tik Liong, Renny Salaki (B); Liem Soei Liang (Surya Lesmana), Fam Tek Fong, Supardi (T), Didik Kasmara, Sinyo Aliandoe, Soetjipto Soentoro, Dominggus, Tahir Yusuf (D)