Geliat Sepak Bola China. Beckham hingga Alibaba (Bagian 2)

By Anju Christian Silaban - Minggu, 7 Februari 2016 | 09:30 WIB
Chairman Alibaba Group, Jack Ma (tengah), menyaksikan partai antara Guangzhou Evergrande dan Sydney Wanderers pada perempat final Liga Champions Asia di Stadion Tianhe, 27 Agustus 2014. (STR/AFP)

Berkat dua pemain asal Brasil tersebut, tim asuhan Luis Felipe Scolari menjuarai Liga Champions Asia untuk kali kedua pada 2015.

Terakhir, pada 3 Februari 2016, Guangzhou menebus Jackson Martinez dengan biaya 42 juta euro. Selama dua hari, ini tercatat sebagai rekor transfer non-Eropa.


Jackson Martinez, resmi bergabung ke Guangzhou Evergrande, dengan mahar Rp 637 miliar pada Rabu (3/2/2016).(TWITTER @GZEvergrandeFC)

Menular

Miliarder asal China, Lui Ruigang, mengendus peluang bisnis dari manuver Presiden Xi Jinping dan kesuksesan Guangzhou di level internasional. China Media Capital yang dimiliki oleh Lui, langsung membeli hak siar Liga Super China pada akhir 2015.

Tak tanggung-tanggung, dia menggelontorkan 830 juta poundsterling untuk kontrak berdurasi lima tahun. Ini menjadi lonjakan besar. Sebelumnya, hak siar hanya dihargai 35 juta poundsterling per tahun.

Potensi dari pemasukan hak siar mendorong para kontestan untuk bergeliat di pasar transfer. Sejumlah bintang Eropa didatangkan.

Selain Jackson Martinez, ada lima nama besar lainnya mewarnai transfer musim dingin di China. Pemain termahal adalah Alex Teixeira yang direkrut dengan nilai 50 juta euro oleh Jiangsu Suning.

Jiangsu juga rela menghamburkan 28 juta euro lainnya untuk Ramires. Sementara itu, Hebei China Fortune menebus Gervinho dengan mahar 18 juta euro dan Shanghai Shenhua mengakuisisi Freddy Guarin serta Demba Ba dengan nilai total 26 juta euro.

Apabila ditotal, 16 klub Liga Super China mengeluarkan 320,8 juta euro untuk membeli 174 pemain. Angka ini melampaui pengeluaran 20 klub Premier League yang cuma mencapai 247,2 juta euro.