Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Duel Arsenal Vs Leicester, Ajang Reuni Tembok Tangguh Asal Jerman

By Beri Bagja - Minggu, 14 Februari 2016 | 12:33 WIB
Per Mertesacker (kiri) dan Robert Huth saat merayakan kelolosan timnas Jerman ke semifinal Piala Konfederasi 2005 usai menghadapi Argentina, 21 Juni 2005. (MARTIN BRANDT/AFP)

Pertemuan Arsenal kontra Leicester di Stadion Emirates, Minggu (14/12/2016), menjadi ajang reuni bagi dua tembok kekar asal Jerman di pertahanan masing-masing kubu. Tuan rumah mengandalkan Per Mertesacker, sedangkan sang tamu dibentengi Robert Huth.

Setelah laga Leicester kontra Arsenal pada duel pertama musim ini kelar (26/9/2015), kamera menuju ruang ganti Stadion King Power merekam kejadian menarik.

Huth tampak sabar menunggu seseorang keluar dari kamar ganti pemain Arsenal. Setelah beberapa menit, orang yang dinantikan itu muncul.

Dialah Mertesacker. Pertemuan dua pria Jerman itu pun berujung ajang tukar kaus.

Huth tampak santai berbincang dengan rekan senegaranya tersebut, padahal pertahanannya baru diberondong oleh lima gol Arsenal (5-2).

Keakraban Huth dan Mertesacker memang sudah terjalin sejak lama. Kedua bek tengah itu sama-sama berusia 31 tahun. Mereka teman seangkatan di tim junior Jerman dan masuk skuat senior di Piala Konfederasi 2005 serta Piala Dunia 2006.

Meski lebih tua sebulan daripada Mertesacker, nama Huth lebih jarang terdengar di kancah internasonal setelah itu.

Ia absen dari turnamen besar seusai PD Jerman 2006. Sementara Mertesacker menjadi langganan kancah akbar hingga memutuskan pensiun dari timnas usai Brasil 2014.


Gestur bek Arsenal, Per Mertesacker, usai laga melawan Bournemouth di Stadion Emirates, 28 Desember 2015.(ADRIAN DENNIS / AFP)

Namun, jangan harap keakraban itu terulang pada laga di Emirates nanti. Di atas lapangan, Mertesacker dan Huth bakal kembali adu kuat, bertarung satu sama lain mencegah tim kebobolan.

Kalau aspek defensif tim menjadi acuan, Mertesacker layak berbangga lantaran timnya baru menderita 22 gol, terminim kedua di liga setelah Tottenham (19 gol).

Di lain pihak, Leicester kebobolan 27 kali. Namun, dalam sisi personal, Huth lebih sulit ditembus lawan.

Jebolan akademi Chelsea itu mencatat rata-rata 7,3 kali sapuan, 2,7 kemenangan duel udara, 2 intersep, dan 1,2 tekel per gim.

Bandingkan dengan Mertesacker yang hanya punya rapor 5 sapuan, 2,2 keunggulan duel udara, 1,3 intersep, dan 1,2 tekel per partai.

Simak pula perkembangan kinerja terkini mereka. Huth sedang 'naik daun' berkat dua golnya ke gawang Manchester City pekan lalu (3-1).

Bek kelahiran 18 Agustus 1984 itu merupakan sumber gol alternatif bagi klub. Ia telah mencetak tiga gol musim ini, cuma kalah dari tiga pemain ofensif: Jamie Vardy (18 gol), Riyad Mahrez (14), dan Shinji Okazaki (4).


Robert Huth (kanan) merayakan gol Leicester ke gawang Manchester City di Stadion Etihad, 6 Februari 2016.(ADRIAN DENNIS / AFP)

Mertesacker? Pemain Arsenal sejak 2011 itu belum mencetak gol. Statusnya sebagai starter untuk laga ini juga belum terjamin.

Sejak ia diberi kartu merah oleh wasit pada laga kontra Chelsea (24/2/2016), Manajer Arsene Wenger mengandalkan Gabriel Paulista sebagai tandem Laurent Koscielny di jantung pertahanan.

Hasilnya, The Gunners tak kebobolan dalam dua laga terbaru melawan Southampton (0-0) dan Bournemouth (2-0).

Meski begitu, Arsenal tetap membutuhkan aspek kepemimpinan Mertesacker guna memegang kendali benteng London Merah.

"Dia adalah pemimpin hebat dan sangat dihormati di kamar ganti kami. Saya punya tiga bek tengah dan akan beradaptasi tergantung pola, lawan, dan kekuatan mereka," ujar Wenger.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P