Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
20 Maret, dia akan menjalani seri perdana Formula 1 2016 di Melburne, Australia.
Darah balap memang mengalir di tubuh Rio. Ayahnya, Sinyo Haryanto, adalah mantan pebalap nasional. Kakak-kakaknya pun menggeluti dunia balap ketika kecil.
"Rio anaknya displin, konsisten, dan suka mempelajari sesuatu. Dulu, waktu kecil dia sering saya ajak memancing dan berburu. Kalau sudah begitu, dia pasti langsung cari-cari video tentang memancing dan berburu untuk dipelajari," kenang Sinyo saat bertemu JUARA pada acara syukuran pelepasan Rio di Kantor Pusat Pertamina, Senin (14/3/2016).
Sinyo pun banyak membagikan kenangan ketika menghabiskan waktu bersama Rio kecil, termasuk saat masih menuntut ilmu di Sekolah Dasar.
"Dulu waktu SD, kalau ada ulangan, saya antar Rio ke sekolah pakai sepeda motor. Bukunya Rio suka ditempel di belakang punggungnya. Sampai di sekolah, langsung dipelajari," kata Sinyo diiringi tawa.
"Sekalipun hobi balap, prestasi Rio di sekolah enggak terbengkalai. Saya bangga," kata Sinyo.
Rio kini sudah mewujudkan mimpi besarnya bersaing dengan para pebalap terbaik di dunia dalam ajang Formula 1. Sinyo mengaku bangga, tetapi tidak merasa tegang atau gugup.
"Sudah dari usia enam tahun Rio menggeluti balap, kakak-kakaknya juga pebalap semua. Saya juga dulu pebalap, jadi enggak gugup. Sudah terbiasa menyaksikan Rio. Mentalnya itu juara kok," ucap Sinyo.
Menurut Sinyo, meski bungsu, Rio mandiri dan dewasa. Soal makan pun, selain dijaga ketat oleh pihak Manor, Rio memang pandai memasak.
"Rio selera makannya simpel. Dia bisa masak sendiri karena memang hobi masak. Kemampuan masaknya cukup baik, dari masakan nasional sampai Internasional," kata Sinyo.
Sejak naik ke GP2 Series, kesibukan Rio di dunia balap semakin tinggi. Jadwal bertemu dan berkumpul dengan keluarga pun berkurang. Apalagi, setelah kini Rio terjun di Formula 1.
Namun, mereka masih terus menjaga komunikasi, baik melalui telepon atau pesan singkat.
"Kalau telepon, ya sekadar tanya kabar, enggak ada curhat-curhatan. Lagipula, di sana Rio memang sudah enggak bisa ditempel lagi sama mami papinya," kata Sinyo.
Jalan terjal harus dilalui Rio untuk sampai ke Formula 1. Dukungan dari masyarakat Indonesia memang mengalir terus, tetapi tak sedikit yang memberikan cibiran.
"Enggak masalah kalau Rio diberitakan ini dan itu, apalagi disebut bisa maju F1 hanya modal sokongan sponsor, bukan karena prestasi. Saya lebih tahu siapa Rio," ujar Sinyo.
Manajemen Rio saat ini masih mencari dana untuk membayar kekurangan biaya yang harus disetorkan ke Manor Racing. Dari 15 juta euro (sekitar Rp 225 miliar) yang dibutuhkan, mereka baru setor 5 juta euro.
"Kami enggak stress, Rio juga begitu. Walaupun kendala terbesar saat ini memang masih urusan dana, Rio harus maju terus!" tuturnya.
Rio meninggalkan Jakarta dan berangkat ke Australia pada Senin (14/3/2016) malam WIB. Dia membalap untuk Manor Racing bersama pebalap muda Jerman, Pascal Wehrlein.